Peringatan Hari Blogger Nasional tahun 2018 jatuh pada hari Sabtu. Tidak terasa sudah 11 tahun umat bloger tanah air merayakannya semenjak dicetuskan pada tahun 2007. Dan ini adalah tahun kedua kami bercerita tentang hari bloger di blog dotsemarang. Mau dengar curhat kami?
Tahun ini, buat kami adalah periode paling sibuk. Hadir dalam berbagai acara, baik diundang maupun datang sendiri atau bahkan referensi dari sesama rekan bloger maupun jurnalis.
Kesibukan kami bukan tentang berapa banyak acara yang kami bisa datangi, tapi tentang menjadi personal bloger yang memanage konten seorang diri tanpa bantuan siapa pun. Kami hebat, keren dan segala hal pujian yang disematkan kepada kami. Tapi jujur, itu jadi beban rasanya.
Membangun branding personal blog
Saat puja-puji menghampiri, kami masih belum keluar dari bayang-bayang bahwa kami sudah menjadi personal blog. Kami masih dianggap memiliki tim yang memanage semua konten, baik untuk blog maupun media sosial.
Anggapan itu memang sudah sewajarnya kami dapatkan yang terlihat sangat update dari sisi postingan blog yang setiap hari keluar satu postingan. Bahkan, dua postingan dalam satu hari.
Dalam setahun ini (hingga Oktober), kami masih terus mengkonfirmasi tentang siapa dotsemarang saat ini. Baik menjawab lewat media sosial, email hingga offline.
Sekali lagi, dotsemarang yang sekarang dan menggunakan platform blogspot dari google merupakan personal blogger. Bukan lagi komunitas dari blogdetik maupun media online yang memiliki tim.
Nama dotsemarang sendiri memang diambil dari nama yang sama saat masih berkomunitas dan untuk komunitas, sudah tidak ada lagi.
Komunitas blogger
Di Semarang, kami bersyukur masih ada komunitas blogger yang bisa kami referensikan saat datang pertanyaan adakah komunitas bloger di sini. Ya, komunitas bloger perempuan Gandjel Rel masih mempertahankan konsistensinya.
Bahkan dalam perkembangannya setahunan ini, mereka terus mengembangkan ekosistem. Saat bertemu dalam sebuah acara, mereka tidak lagi didominasi perempuan saat dipercaya memanage acara.
Beberapa bloger pria dan bahkan dari luar kota turut hadir menyemarakkan acara yang dibuat dengan bekerja sama dengan Gandjel Rel.
Bagaimana dengan komunitas di kota-kota yang kami anggap memiliki kekuatan komunitas? Rasanya tahun ini gema komunitas beberapa daerah mulai redup. Sepertinya sudah memasuki siklus seperti apa yang pernah dialami dotsemarang saat bersama blogdetik.
Dan blogdetik sendiri akhirnya memilih cerita sendiri untuk mengakhiri kebersamaan dengan bloger.
Profesi baru
Bila biasanya dalam satu acara kami biasa bertemu rekan media, kali ini ada perubahan. Kadang kami bertemu dengan foodgram, selebgram maupun vidgram. Ekosistem instagram semakin mendapatkan tempat kali ini.
Bahkan tindak tanduk mereka dapat melebihi eksosistem bloger yang sudah biasa berada pada jalurnya. Ini bukan sesuatu yang negatif, ini positif tentunya.
Lalu, dari sisi platform mendengar istilah vloger tentu sudah tidak asing beberapa tahun belakangan. Bahkan ada bloger juga yang akhirnya multiplatform karena tergiur kesenangan yang mereka dapatkan.
Vloger yang memiliki ekosistem di Youtube seiring waktu melabeli nama dengan Youtuber. Orang-orang yang menceritakan kisah hidup lewat video masih kami anggap kasta tertinggi karena kami sendiri belum mampu berada di sana.
Terakhir, bahasa influencer yang diambil dari semua profesi yang kami pikir awalnya. Youtuber, selebgram dan bloger adalah profesi yang kami maksud. Ternyata tidak demikian.
Influencer selain didominasi artis yang memang sudah dikenal, masuk dalam kalangan influencer rupanya tidak mudah. Percuma punya pengikut besar jika tidak berpengaruh dalam masyarakat. Itu yang kami pikirkan.
Karena brand atau perusahaan yang ingin mengendorse menginginkan sebuah dampak dari seseorang yang dianggap influencer.
Pertumbuhan media online
Saat kami duduk menunggu acara dimulai, kami tak sadar ada wajah-wajah baru yang ikut nimbrung. Jika itu dari wartawan, kami anggap wajar. Namun media baru yang mengirimkan jurnalisnya.
Di Semarang, media online tumbuh dari waktu ke waktu. Beberapa kali kami bertemu dengan media yang berbeda-beda. Ini luar biasa menurut kami. Semakin banyak informasi yang disebarkan, semakin menarik saja kota ini dalam perkembangannya.
Yang perlu diperhatikan dari pertumbuhan media ini adalah mereka datang dengan sisi profesional. Sudah ada kantor, punya beberapa jurnalis, berbadan hukum dan terkadang lahir dari profesi yang digeluti seperti wartawan yang akhirnya membuat media juga.
Merangkap profesi
Setahun belakangan ini juga kami baru menyadari tentang merangkap profesi yang sering bertemu lintas profesi. Saat acara yang ditujukan pada media, kami biasa bertemu dengan wartawan dan media online.
Namun saat acara yang khusus bloger, ada juga wartawan yang kami anggap kasta tertinggi dalam hal profesi seperti kami yang menyakini bloger sebagai profesi ikut nimbrung.
Ini memang sudah biasa dan wajar dalam dunia blog tanah air. Namun untuk Semarang beberapa tahun belakangan seiring acara bertemu wartawan, kami baru sadar untuk ini.
Agensi bloger
Ini yang paling menarik menurut kami di kota Semarang. Datang dari ekosistem bloger dan komunitas bloger perempuan Semarang, beberapa orang sukses membangun yang namanya agensi bloger yang selama ini kami pikir hanya ada di Jakarta.
Mereka mengatur sebuah acara dari kerja sama yang didapatkan, baik dari perusahaan maupun pemerintahan. Dan mereka yang memberi tempat duduk dalam acara tersebut kepada bloger yang masuk kriteria mereka. Tentu yang pasti punya blog untuk dapat dilirik.
Perkembangan mereka sangat bagus dan kami yakin masa depan mereka cerah untuk kembali kami ceritakan di masa mendatang saat perayaan Hari Blogger Nasional tahun 2019. Kami harap ada mereka di blog dotsemarang saat itu.
...
Bila beberapa tahun lalu masalah konsisten ngeblog masih jadi persoalan karena jarangnya posting, maka tahun ini lintas profesi yang kami pikir jadi sebuah masalah.
Banyak bloger yang melihat sebuah tren akhirnya ikut nyebur ke dalamnya. Seperti bloger yang menjadi vlogger, selebgram dan bahkan influencer.
Atau sebaliknya, profesi utama yang sudah memiliki nama dan pendapatan yang menarik beralih menjadi bloger di era konten saat ini.
Menutup akhir tulisan ini, pada akhirnya kita harus mengikuti perkembangan yang terjadi. Meski begitu kami pikir, konten tetap menjadi raja. Tanpa konten, semua hal yang dianggap profesi yang kami sebut tadi rasanya tidak berguna.
Selamat hari blogger Nasional
Sudah posting hari ini?
Tetap sebarkan konten yang positif.
Comments
Post a Comment