Favorit

Agenda Kota Semarang Bulan Maret 2025

Image
Setelah bulan lalu ada imlek, awal bulan ini kita disapa dengan bulan suci Ramadan. Keputusan bersama Pemerintah tentang puasa membuat kami lega karena tidak ada perbedaan seperti beberapa tahun belakangan. Selamat menjalankan ibadah puasa tahun ini. Selamat datang di bulan Maret 2025 yang jatuh pada akhir pekan atau hari Sabtu. Tentu, ini adalah kabar baik buat sebagian orang yang dapat mengistirahatkan tubuh mereka setelah bekerja hampir sepekan. Ditambah memasuki bulan puasa. Agenda Kota Semarang Untuk menambah informasimu selama Ramadan, khususnya di Kota Semarang, kami akan terus memperbarui daftar acara yang hadir di Ibu Kota Jawa Tengah. Siapa tahu bisa jadi teman ngabuburitmu saat sore menjelang.  Kira-kira selama bulan puasa ini, masih ada Car Free Day (CFD) ? Ikuti kami di blog atau media sosial dotsemarang. Sambil menunggu kami melengkapi daftar di bawah ini, silahkan simpan dulu. Atau bagikan ke rekan atau teman-temanmu. [26 Februari - 3 Maret] - Sauto Expo 2025 di Mal ...

Fenomena Istilah Mutualan di X

Sebagian besar pengguna di media sosial, khususnya di X atau Twitter, istilah 'Mutualan' seharusnya sudah familiar. Apalagi kata ini saat kami cari di google sudah dibahas sejak tahun 2021. Itulah mengapa kami menuliskannya sebuah fenomena.

Ini adalah tulisan terakhir di bulan Januari 2024. Bukan berarti kami tidak ada bahan atau topik untuk dibahas. Kami hanya sedang tertarik saja dengan prilaku pengguna yang ada di X setahun belakangan semenjak menulis Semarang Menfess pada tahun 2022.

Mutualan

Istilah ini sering terlihat di timeline dari akun berbasis base yang biasanya muncul di beranda kami. Jika di tempatmu (timeline) tidak ada, berarti memang akunmu sedang dikunci atau tidak mengikuti tren yang sedang terjadi. Atau juga, pengaturan timelinemu yang masih normal bukan berbasis algoritma tren.

Salah satu postingannya bisa kamu lihat di atas. Tujuannya agar saling follow dan akunnya jadi ramai. Padahal algoritma X sekarang tidak perlu banyak follow akun, dengan sendirinya linimasa lebih berisik (rame) ketimbang beberapa tahun lalu.

Mutualan sendiri berasal dari bahasa Inggris dengan kata dasarnya adalah mutual. Jika kamu cari di google, sudah banyak yang menulis kata ini di internet sebagai referensi.

Intinya, seperti yang kami tulis tadi. Mutualan itu mencari teman atau saling follow. Namun terkadang ajakan ini terkadang menurut kami tidak memberi dampak yang positif. Terutama apabila yang mengajak adalah akun baru atau profil yang disamarkan dengan foto bukan pemilik aslinya.

 Tujuan

Sejak istilah ini muncul beberapa tahun belakangan, tujuan atau manfaatnya sangat jelas sebenarnya. Yaitu, mendapatkan teman dengan cara saling follow. Entah itu tidak dikenal atau saling kenal di offline tapi tidak di media sosial.

Dengan banyaknya teman di X, harapan pengguna saat membagikan postingannya bisa mendapatkan respon yang lebih besar tentunya. Seperti like atau komentar.

Namun yang disayangkan adalah pengguna X sekarang yang didominasi generasi Z begitu terus terang membagikan keluh kesahnya. Seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga, kerabat atau rekan kerja.

Sebagian generasi Z tentu menyadari sebenarnya, tapi mereka pintar menyiasati. Mereka membuat akun kedua atau akun yang memang tujuannya untuk sambat atau mengeluh. Generasi milenial pun sebagian melakukannya juga.

Dengan akun yang berbeda, dari sisi foto profil yang disamarkan hingga isi bionya, istilah mutualan jadi terdengar lumrah atau biasa.

Yang kami khawatirkan adalah ikut terjebak dalam fenomena tersebut. Beberapa kali kami mengikuti tren mutualan. Namun saat ditanyakan keberadaan pemiliknya, sebagian pengguna tidak membalas pesan yang kami kirim. Apakah tujuannya hanya mencari followers?

Banyak followers, branding atau buzzer?

Jika hanya ingin memperbanyak pengikut atau followers, maka si pengguna memiliki tujuan lain. Itu bukan pertemanan. Kami menyadari itu, apalagi sebagai pengguna lama yang memahami arti banyak followers.

Semakin banyak pengikut, itu artinya mereka bersiap untuk tujuan besar semacam branding atau buzzer. Dengan 2 istilah ini, pengguna dapat menaikkan status mereka yang awalnya pribadi menjadi kelas bisnis. Kami berbicara tentang akun pribadi atau orang, bukan akun perusahaan atau lembaga.

Bisnis di sini artinya mendapatkan penghasilan dengan apa yang diposting di X. Atau juga menarik perhatian dengan kesan profesional yang dibangun dengan postingan yang lebih berbobot.

Branding dan buzzer memang bukan fenomena baru sekarang. Sudah sangat lawas. Bahkan, cara mendapatkan followers bisa dilakukan dengan membangun branding.

...

Kami sadar bahwa tiap generasi pasti berbeda-beda tren atau fenomenanya. Waktu berlalu sangat cepat. Itu artinya cara melakukan terhadap sesuatu pun ikut berubah. 

Bagi yang bisa mengikuti perkembangan, tentu melihat istilah baru di media sosial adalah hal normal. Sebaliknya, mereka yang kekeh mempertahankan kemampuan pribadinya akan hanya jadi pelengkap timeline saja. Mirip berada di pasar, tapi berdiri sendirian tanpa ada orang-orang di sekelilingnya.

Selamat datang bulan Februari!

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menggunakan Kuota Pelanggan Baru XL yang Tidak Bisa Digunakan?

AMOLI, Laptop Buatan Mana?

Bulan Maret 2025, Telkomsel Punya Paket 21 GB Hanya 40 Ribu

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

XL Axiata Gelar Mudik Bareng, Fasilitasi Ratusan Pengecer dan Karyawan Pulang Kampung Gratis