Bahayanya Personal Branding

Membangun branding lewat media sosial, sekarang platform video pendek, memang mengasyikkan. Apalagi bagi publik figur yang memiliki misi promosi, entah buat dirinya sebagai personal atau juga pencapaian yang telah dilakukan. Hanya saja, selalu memiliki dampak yang membuat persepsi menjadi negatif atau mudah disalahartikan.

Sepekan belakangan, sosok pejabat di Kota Semarang ramai diperbincangkan. Bahkan, grup-grup WhatsApp pun tidak kalah ramai mendebat berita hangat yang tengah disorot.

Semua media besar pun turut mengangkat, seakan mendapat durian runtuh karena persepsi yang berkembang di media sosial menjadi viral.

Sukses membangun personal branding

Kami ingin melihat dari sisi branding yang menurut kami pejabat yang akhirnya dipindah atau dimutasi ini sangat sukses membangun personal branding.

Kiprahnya di platform semacam TikTok juga tidak kaleng-kaleng karena saat beberapa kali melihat video yang diunggah, videonya dibuat dengan sungguh-sungguh. Baik editor maupun yang merekamnya.

Kesuksesan di TikTok dan saluran media sosial lainnya (mungkin) membuat pejabat ini dikenal sangat baik sebagai salah satu pejabat muda dan memiliki banyak pencapaian untuk sekitarnya.

Beliau sudah selangkah lebih maju dari para pengguna biasa yang ingin juga tenar tapi tidak bisa-bisa juga seperti kami semisalnya 😅. Tidak heran, harapan tinggi disematkan kepadanya.

Persepsi yang salah kaprah

Saat kami baca kabar terbarunya dari media online yang diterbitkan tanggal 3 Agustus, ternyata memang benar video yang membuat dirinya menjadi perbincangan ternyata disalahartikan oleh pengguna media sosial. Eh, kami tidak membela siapa pun.  

Inilah maksud kami bahayanya dari branding yang dibangun di media sosial, apalagi publik figur yang semua hal rasanya bisa diketahui hanya lewat jari saja.

Ketika apapun yang kita unggah di internet, tanpa sadar kita sedang membangun nilai di sana atau bahasanya branding. Ditambah konsistensi dan hal-hal baik yang ditawarkan, baik program atau pencapaian yang telah dilakukan.

Kepercayaan tumbuh di sana yang membuat orang-orang rela memencet tombol suka atau mengikutinya. Namun terkadang sebagai manusia kita lupa apa yang kita bagikan itu benar menurut kita atau persepsi orang lain.

Jika tidak ada hal seperti yang terjadi terhadap pejabat yang kami maksud ini, tentu semua baik-baik saja. Namun saat terjadi sedikit saja kesalahpahaman, rekam jejak yang dibuat di media sosial berubah menjadi alat yang menakutkan.

Mendadak dikaitkan, disalahartikan hingga berkembang liar di masyarakat luas. Ini yang sangat bahaya tentunya. Apalagi bukan orang biasa yang ada dibalik konten yang dipersepsikan.

Selalu persiapkan diri

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat membangun diri (branding) di media sosial atau platform video pendek sebenarnya. Apalagi punya tujuan baik dan besar.

Namun dari cerita yang kami tulis ini bisa dipetik pelajarannya bahwa berani melangkah, harus selalu mempersiapkan diri apalagi kelak terkena masalah.

Apalagi seorang publik figur yang memiliki aktivitas di pemerintahan atau juga perusahaan. Terkadang masalah datang bukan dari diri sendiri, melainkan sekitar yang tidak pernah kita duga-duga sebelumnya.

Jika ingin aman, tips kami jangan bangun personal branding di media sosial. Makna personal branding adalah setiap postingan yang diunggah, ada diri kita di dalamnya yang terlibat.

Kalau hanya ingin promosi atau membagikan informasi, tidak perlu hadir tentunya diri kita di sana. Bagikan saja dan aman kami rasa selama tidak bertentangan dengan hukum dan norma.

📝 Gambar hanya ilustrasi.

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?