Apa Kabar Mastodon?

Tidak terasa sudah hampir 4 bulan kami bergabung di Mastodon yang digadang-gadang jadi media sosial alternatif pengganti Twitter. Bagaimana kabarnya? Menarik?

Sepertinya ada yang salah dengan cara kami menggunakan platform yang dibangun sejak tahun 2016 oleh programmer Eugen Rochko ini.

Bermaksud untuk menarik lalu lintas ke blog, malah rasanya tidak ada dampak sekali. Kata kunci yang kami parkir di sana seperti #semarang dan #blog juga tidak memiliki pengaruh. 

Hingga 4 bulan ini, kami seperti berbicara di lapangan kosong. Dari sisi pengikut atau followers, jumlahnya saja masih nol (0). Apa yang salah?

Beda perlakuan

Kemarin notif yang biasanya sunyi mendadak terlihat berwarna merah. Ternyata kami mendapatkan pengikut baru. Meski baru satu, itu adalah pencapaian yang luar biasa untuk kami yang bertahan hingga sampai sekarang.

Akun tersebut bahkan memberi reaksi di beberapa postingan kami seperti ala-ala Twitter, dari memberi favorit (Like) atau repost (retweet).

Akhirnya kami mulai memberi perhatian khusus untuk sedikit lebih lama mengeksplore Mastodon. Sepertinya memang perlakuannya berbeda seperti yang kami harapkan.

Selama ini, kami sekedar meninggalkan beberapa postingan dan lalu meninggalkannya seharian. Cara ini juga yang kami lakukan pada Facebook, Line, vk dan Youtube (komunitas).

Linimasa lokal

Kami baru tahu jika fitur linimasa lokal yang dimiliki Mastodon mirip dengan saat kami menggunakan Twitter lewat Tweetdeck. Linimasa tidak sepi karena postingan pengguna yang rasanya dalam tiap detik selalu ada saja yang memposting.

Saat kami buka beberapa akun tertentu, di sana mereka memiliki banyak pengikut. Ya ya, kami memang salah memperlakukan Mastodon selama ini.

Namun dari ramenya linimasa yang terus bergerak, tidak ada pengguna yang berasal dari Indonesia. Apakah ini juga salah satu dampak mengapa kami salah memperhitungkan?

Dari tagar yang kami pakai, ada 200 lebih yang menggunakan #Semarang dan itu hampir semuanya berasal dari kami semua, dotsemarang.

Strategi baru

Kami sempat berpikir untuk segera menutup akun di Mastodon yang terasa sangat sepi. Namun setelah mengeksplore, kami mengurungkan niat tersebut dan ingin mencoba strategi baru.

Strategi yang sebenarnya sederhana dan sudah diadaptasi di Twitter. Kami coba dulu dan bertahan hingga beberapa bulan. Apakah berdampak atau tidak?

...

Apakah kamu baru mengenal Mastodon? Jika iya, kami hanya bisa sedikit mengenalkan bahwa Mastodon mirip Twitter. Platform ini mendadak populer ketika Twitter memiliki bos baru.

Jika kamu baca halaman ini, Mastodon seperti sangat sepi untuk pengguna Indonesia. Namun sebenarnya tidak dan cenderung rame. Ya, pengguna luar sangat mendominasi.

Kami bersyukur bahwa tiap postingan (twet) di sana sudah diberikan fasilitas terjemahan, sehingga kami yang merasa kekurangan dari aspek bahasa bisa memahaminya.

Tertarik?

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?