Menggunakan Instagram Untuk Bisnis Kecil Itu Tidak Mudah

Instagram sebagai media sosial memang sangat menarik, apalagi memberi dampak seperti like atau komentar. Belum lagi mendapatkan perhatian untuk diajak bekerja sama. Namun Instagram sebagai alat pemasaran sebuah bisnis kecil?

Tentu, sebagian besar dan mungkin kami akan menjawab bahwa sangat penting karena pasti mendapatkan pengaruh. Itu yang kami yakini hingga pada saat kemarin saat mengobrol dengan salah satu pelaku bisnis yang konsen pada penjualan jersey atau pakaian olahraga bercerita kepada kami dalam obrolan santai menjawab itu sulit.

Ditandai empunya

Kali ini kami tidak sedang membahas fitur baru atau tentang Instagram itu sendiri di halaman ini. Kami ingin bercerita sesuatu yang mungkin kami sendiri baru mengerti bahwa sebagian orang mengalami hal berbeda dari bayangan yang kita pikirkan.

Menggunakan Instagram itu mudah. Apalagi cara buat akunnya. Yang terpenting kemana arah tujuannya digunakan. Apakah untuk membangun personal branding atau sekedar membagikan aktivitas sehari-hari.

Bagi pelaku bisnis, khususnya bisnis kecil yang dipakai perorangan, Instagram adalah alat sempurna untuk menyebar luaskan bisnis mereka. Terutama di tingkat lokal. Ambil sederhananya, lingkungan sekitar.

Namun seiring waktu, bisnis yang berkembang tersebut rupanya mendapat perhatian dari empunya atau pemilik merek. Semisalnya kita jualan kaos bola dengan merek Manchester United. 

Sebagai alat yang dipakai di seluruh dunia, Instagram tentu akan mudah dilacak oleh merek-merek besar atau pemilik mereknya. Jelas, itu akan memberi pengaruh besar kepada pemilik bisnis.

Jika perhatian itu positif, tentu itu adalah kabar baik dan sangat membanggakan. Namun sebaliknya seperti yang dirasakan teman ngobrol kami kemarin.

Perhatian dari empunya membuat bisnis teman ngobrol kami ini harus menutup akun Instagram-nya. Si pemilik merek menandai bisnisnya dan bahkan mengirim pesan atau email kepadanya.

Kalau pesan cinta sih tidak masalah. Tapi isi pesannya adalah bisnis yang menggunakan merek mereka disarankan bekerja sama dengan mereka secara resmi. Empunya melihat bisnis teman kami ini seolah cukup besar.

Padahal kenyataannya bisnis yang dijalaninnya hanya memakai rumahnya sebagai etalase produk-produk yang dijualnya. Teman ngobrol kami sampai ketawa sambil mengatakan itu lucu. Gimana bisa mereka menyebut bisnisnya besar, seolah memiliki outlet besar, ada-ada saja katanya.

Tutup akun

Jika perhatian besar langsung mendapatkan perhatian dari klubnya, tentu jika secara pribadi, kami pun sangat bangga. Namun sebaliknya jika perhatian tersebut malah menyasar bisnis, anjuran kerja samanya cukup tidak menyenangkan.

Jika bisnis yang dijalani teman ngobrol kami skala besar sih tidak masalah. Karena dengan iming-iming kerja sama secara resmi, pemilik bisnis disuruh membeli lisensi. Itu artinya harus membayar sejumlah uang tertentu. Belum lagi pemotongan harga apabila ada kerja sama.

Teman ngobrol kami akhirnya memilih menolak karena menjual sebiji kaos saja sulit, masa disuruh bayar lagi. Dampaknya?

Akun Instagram bisnis teman ngobrol ini di-banned oleh Instagram langsung atas permintaan si empunya pemilik merek tersebut. Apalagi empunya ini adalah klub raksasa yang ada di Italia dan merek mereka sudah global.

Kami yang mendengar saja sudah terperangah dengan cerita teman kami ini yang mendapatkan perhatian merek. Namun kami tetap menghormati keputusannya yang sekarang sudah tidak lagi menggunakan Instagram.

Bukan tanpa usaha sebenarnya sebelum ia memutuskan tidak memakai Instagram lagi untuk bisnisnya. Ia sempat membuat akun lainnya, dan bahkan mem-private akun barunya. 

Namun ternyata tetap saja, pemilik merek aslinya seperti punya banyak mata. Kata teman kami seperti di setiap negara ada perwakilan merek yang memberi informasi langsung ke pusat untuk mengawasi.

....

Kami tidak menyangka obrolan ngalor ngidul yang kami lakukan saat itu malah berujung mendengarkan pengalaman yang menarik terkait bisnis dan Instagram.

Cerita ini mungkin tidak semua pelaku bisnis kecil merasakannya. Ya, sebagian kecil mungkin. Namun yang ingin kami beritahukan dalam halaman ini selain cerita menarik adalah ini benar terjadi dan kenyataan.

Kami harap apa yang kami ceritakan ini bermanfaat padamu. Ada banyak jalan menuju Roma. Saluran bisnis tidak melulu harus Instagram, bisa gunakan saluran lain seperti X atau Twitter, atau WhatsApp dan banyak lagi.

Apakah kamu mengalaminya juga?

Artikel terkait :

Comments

  1. Kebiasaannya ruang-ruang percuma ini tidak kekal, hakikatnya pengguna hanyalah pempromosi platform mereka secara percuma.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Film Surat Untukmu

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Parkir di The Park Mall Hanya Melayani Pembayaran Non Tunai

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?