Menjelajah Hutan Mangrove Pandansari Brebes


Kami tak punya gambaran ketika diajak ke Desa Wisata Mangrove Pandansari. Mendengar Mangrove, yang kami ingat adalah hutan bakau. Di Semarang malah ada juga. Lalu, apa istimewanya tempat ini yang kami kunjungi dalam rangka kegiatan promosi yang dilakukan Disporapar Jateng.

Setelah mengunjungi Pabrik Gula Jatibarang, Sabtu menjelang siang (14/12/2019), bus yang kami tumpangi langsung meluncur Desa Kaliwlingi yang masih satu daerah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Yang menarik dalam perjalanan adalah aktivitas masyarakat yang berkecimpung sebagai petani garam hingga nelayan. Tampak ramai hingga tanpa sadar lokasi yang dituju sudah sampai. Sebelum ke lokasi utama, kami menikmati makan siang dulu di Joglo Mangrove.

Kami disambut Pokdarwis dan sekaligus berkenalan dan mengutarakan niat kunjungan yang merupakan bagian dari kegiatan promosi. Kami senang dengan keramahan mereka. Bahkan kami diberikan suguhan pertunjukkan tarian yang dibawakan anak muda sekitar. Ini luar biasa.

Dikelola Pokdarwis


Lokasi utama yang ingin dituju akhirnya sudah berada di depan mata. Bus kami harus berhenti di parkiran yang sudah tersedia. Hutan Mangrove Pandansari sendiri dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Mangrove Pandansari (Dewi Mangrove Sari) dengan konsp pemberdayaan masyarakat dan anggotanya masyarakat sekitar.

Mereka melakukannya sudah seperti pekerja profesional yang mengelola sebuah tempat wisata. Dari sisi pakaian, tiketing, pengaturan arus pengunjung, layanan dan sebagainya.

Menggunakan perahu


Untuk menuju lokasi utama, kami harus berjalan kaki beberapa ratus meter. Banyak tambak yang menjadi pemandangan saat kaki kami terus melangkah.

Tempat wisata di sini juga sangat berdampak pada perekonomian masyarakat. Banyak pedagang yang membuka lapak dari sekedar menaruh meja hingga ada yang dibuatkan khusus untuk para pedagang.

Akhirnya kami sampai di dermaga kecil dengan banyak perahu yang disiapkan untuk kami. Kami tidak membayangkan akan menaiki perahu. Tapi untunglah ada pelampung sebagai pengaman diri bila terjadi sesuatu.

Karena tiap perahu dibatasin jumlahnya, rombongan kami yang kurang dari 20 orang, dibagi menjadi 2 perahu. Kurang dari 20 menit setelah perahu kami berjalan tiba di lokasi semacam pulau tersendiri dari tempat kami berjalan tadi.

Masyarakat sekitar yang berjualan

Dalam perjalanan, hutan mangrove menjadi pemandangan yang terlihat indah. Apakah karna ini pengalaman wisata yang jarang kami temukan di Jawa Tengah?

Bila sebelah kanan adalah mangrove, maka sebelah kiri kami sudah terbentang lautan luas yang tidak terlihat ujungnya. Orang-orang di dalam perahu tidak henti-hentinya mengabadikan lewat kamera dan sangat berisik karena terkesan.

Tidak bisa diselesaikan hanya beberapa jam 


Perahu yang membawa kami sudah tiba di dermaga kedua. Pengelola lagi-lagi sudah mempersiapkan segalanya. Kami pikir akan langsung bertemu dengan tujuan utama kami, namun lagi-lagi kami harus berjalan beberapa puluh meter. Apakah ini yang disebut pulau pasir?

Sesaat setelah berjalan melewati jembatan, kami langsung disambut para pedagang yang sudah menempati tempatnya masing-masing. Benar-benar menggiurkan untuk tidak mencoba salah satu kuliner di sana.


Jembatan Asmara Brug

Hanya ada 3 tempat yang kami kunjungi di pulau yang separuhnya berisi hutan mangrove, yaitu jembatan yang dikenal dengan nama Asmara Brug, Taman ikan Glogod dan Menara Pandang.

 Apakah ini menara yang dimaksud?
Ikan glogod

Sepertinya masih ada satu tempat lagi yang katanya dipenuhi hamparan daratan yang dikelilingi perairan lautan dan perairan bekas tambak. Semacam bibir pantai. Sayang waktunya tidak cukup untuk didatangi semua.

Kami hanya dibatasi beberapa jam saja, ini mengingat ada satu tempat lagi yang harus dikunjungi sesuai jadwal hari kedua yang sudah dibuat.

Salah satu kesan yang tidak mungkin kami lupakan adalah ikan Glodog. Kami baru tahu tentang ikan ini yang bisa hidup di darat (airnya menyusut). Mereka seperti binatang melata yang menggemaskan.

Harga tiket masuk wisata Mangrove Pandansari


Kami harap harganya tetap sama karena kami datang ke sini pada bulan Desember 2019. Untuk harga tiket masuk dibagi beberapa kategori seperti berikut :

Hari Senin - Sabtu
  • Dewasa - Rp. 20.000
  • Anak-anak - Rp. 10.000
Hari Minggu / libur 
  • Dewasa - Rp. 25.000
  • Anak-anak - Rp. 10.000
Selain itu, di sini juga tersedia Banana boat dan Speed boat yang disewakan perorangnya seharga Rp. 30.000. Kalau kamu suka tantangan dan keseruan di atas air, permainan ini bisa dicoba.

Menginap di desa wisata

Kamu yang menyukai alam pedesaan atau ingin berdarmawisata, atau sekedar traveling, bisa menginap di sini. Desa wisata Mangrove Pandansari memiliki banyak hal menarik untuk dilihat.

Pengelola bahkan menyediakan beberapa paket dari paket 1 hari hingga menginap 2 hari 1 malam. Harganya pun masih aman di kantong. Tersedia banyak homestay yang jadi alternatif untuk menginap.

Lain waktu kami akan menuliskan informasinya tentang paket mereka yang diberikan dalam bentuk brosur. Kami sendiri tidak menginap di sini karena tujuan kami hanya hutan wisata Mangrove.

Informasi 

Kamu dapat mencari tahu lagi tentang Desa Wisata Mangrove Pandansari, termasuk hutan Mangrove dan pulau pasir di Instagram-nya yang bernama @dewimangrovesari. Sedangkan Twitter, bisa membuka akun @WMangrovesari.

Alamat sendiri berada di Pandansari, Kaliwlingi, Kec. Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dan nomor WhatsApp (tertera di brosur) 

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?