Awal tahun, acara Semarang yang kami tunggu-tunggu adalah Pasar Imlek Semawis. Edisi kali ini cuaca sangat bersahabat. Tidak ada hujan seperti beberapa tahun saat belakangan setiap kami berkunjung. Apakah kamu datang juga?
Tiga hari, acara Pasar Imlek Semawis tahun 2020 atau disingkat PIS digelar. Dari tanggal 17-19 Januari. Satu Minggu sebelum tahun baru Imlek yang jatuh pada tanggal 25 Januari.
Wotgandul Timur
Lokasi acara dan konsep di dalamnya tidak jauh beda dengan acara-acara sebelumnya. Hanya siapa saja yang mengisi stan dan
rangkaian acara yang dihadirkan, itu yang membedakan.
Gerbang dari arah gang Pinggir
Pengunjung yang datang bisa masuk dari gerbang yang berada di jalan Gang Pinggir, dekat dengan Klenteng Tong Pek Bio. Sedangkan gerbang satunya berada di persimpangan jalan Benteng. Sepanjang jalan Wotgandul Timur inilah yang digunakan sebagai lokasi acara.
Kawasan ini selama acara berlangsung memang harus ditutup. Bahkan penutupan jalannya untuk persiapan sudah dilakukan 2 hari sebelumnya, yaitu tanggal 15 Januari jam 18.30 wib. Dan dibuka kembali pada tanggal 20 Januari jam 8 pagi.
Mengusung tema Potehi
Bila
tahun 2019 mengusung tema 'Waras' yang artinya Warga Rukun Agawe Sentosa, maka edisi kali ini mengangkat tema Wayang Potehi.
Sebagai kebudayaan dari Tionghoa dan juga sebagai pertunjukan kesenian, wayang Potehi yang sudah ratusan tahun ada di Indonesia harus kembali diperkenalkan kepada masyarakat, khususnya generasi milenial.
Wayang Potehi yang dipentaskan di atas panggung kecil terdiri dari kata Poo yang berarti kain, tay berarti kantung dan hay yang berarti wayang. Jadi wayang Potehi adalah wayang kantung kain.
Banyak permasalahan yang dihadapi kesenian Wayang Potehi sekarang, seperti pertumbuhan pemain wayang yang semakin terbatas, pentas kurang animo dan keterbatasan pengenalan generasi muda serta masih banyak lagi.
Maka tidak heran, panitia yang melaksanakan kegiatan yaitu, KOPI SEMAWIS (Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata) mengundang sejumlah pemain Potehi (dalang) ke Semarang. Termasuk menghadirkan talkshow di hari kedua (18 Januari) bertema Quo Vadis Potehi (keberlanjutan, pelestarian dan pengembangan) di panggung utama.
Malam pembukaan dan tradisi Tok Panjang
Apakah ini sebuah anugerah bahwa selama gelaran berlangsung, Kota Semarang sangat cerah. Padahal beberapa hari sebelum acara, Semarang rutin diguyur hujan.
Di malam acara pembukaan,
seperti biasa, jamuan Tok Panjang hanya diberikan khusus pada tamu undangan. Kehadiran para pejabat, termasuk Wakil Wali Kota yang membuka acara secara resmi menjadikan suasana lebih meriah di area panggung utama Muara G. Gambiran di Gang Pinggir.
Kami beruntung bisa hadir di malam pembukaan dan ikut menyantap hidangan Tok Panjang yang kali ini membawa Lobak sebagai hidangan utama (bahan). Nanti kami ceritakan bagaimana sebagian besar hidangan yang disediakan berbahan Lobak semua.
Kejutan datang ketika Pak Ganjar yang awalnya dijadwalkan datang saat dibuka tidak kelihatan. Beliau meski sudah terlambat,
ada acara lain, menyempatkan untuk datang dan membuat suasana yang sudah tenang karena menyantap makanan kembali meriah.
Harjanto Halim
Namun dari semua hal menarik yang terjadi di malam pembukaan, bagi kami adalah sambutan ketua KOPI SEMAWIS, yaitu Harjanto Halim. Sambutan beliau penuh semangat, seperti orang yang sedang orasi atau berkampanye (politik).
Banyak hal yang masih menarik di malam pembukaan. Kami akan coba ceritakan di halaman berikutnya bila tidak lupa. Ingatkan kami bila belum ada.
Suasana acara
Bila kamu belum sempat datang ke sini, mungkin tahun depan bisa menjadwalkan. Kami yakin, kamu bakal suka selama di sini. Banyak hal menarik yang sayang dilewatkan.
datang bersama keluarga sangat menyenangkan
Suasana malam hari selalu padat merayap
Jadi target incaran masyarakat untuk berselfie ria
Panggung utama
Gerbang kedua
...
Pasar Imlek Semawis (PIS) akhirnya berakhir. Agenda rutin tahunan dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek ini selalu ada di kalender acara Kota Semarang.
PIS tidak sekedar sebuah acara, namun memiliki misi untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya PASAR yang disebut 29-meh. Melestarikan dan mengembangkan semangat berproduksi yang tidak sekedar mengkonsumsi di kalangan luas melalui pameran dan basar produk.
Juga sebagai bagian untuk menjaga atau merevitalisasi kawasan cagar budaya Semarang. Kawasan Pecinan termasuk salah satu Kawasan Kota Lama yang diharapkan tentu saja dapat terus ada.
Comments
Post a Comment