Dikenal sebagai penyakit yang mematikan, kesadaran mengenai kanker, penyebab, gejala, dan pengobatannya masih rendah. Ditambah lagi dengan kurangnya informasi, ada banyak mitos mengenai kanker. Berikut beberapa mitos yang beredar di masyarakat.
Ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, saat kami menghadiri media gathering dari
Parkway Hospitals Singapore, hari Kamis (24/10) di hotel Grandhika.
Dijawab oleh dua dokter Singapura
Menurut data dari The Global Cancer Observator (Globocan) menunjukkan pada tahun 2018, terdapat 18,1 juta kasus kanker di dunia dengan angka kematian mencapai 9,6 juta orang.
Dr Richard Quek, Konsultan Senior Ahli Onkologis Medis Parkway Cancer Center.
Dr Poh Beow Kiong, Konsultan Senior Urologi Gleneagles Hospital Singapore.
Data tersebut menyatakan bahwa 1 dari 8 pria dan 1 dari 11 wanita meninggal karena kanker. Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel tak terkendali, invasi tumor, penyebaran kanker dan kerusakan pada organ tubuh yang sehat.
Beberapa mitos dimunculkan dalam diskusi. Ada 6 mitos sebenarnya, namun 1 mitos tidak dibahas karena sepertinya sudah umum. Dua dokter dari Singapura menjawab untuk mitos-mitos yang berkembang.
Mitos 1 : Jika saya tidak memiliki anggota keluarga yang terkena kanker, saya tidak terkena kanker
Menurut Dr. Richard Quek, "
kanker dapat menyerang siapapun bahkan jika tidak ada sejarah kanker di dalam keluarga. Kemungkinannya terkena kanker bisa jadi lebih kecil tapi jelas tetap ada."
Seiring waktu, semakin umur kita bertambah tua, kemampuan sel tubuh kita untuk memperbaiki diri semakin berkurang. Maka, semakin tua potensi terkena kanker akan semakin besar dibandingkan dengan orang yang muda. Meskipun tidak ada riwayat genetik, tetap ada. Semakin tua, kemungkinannya juga semakin besar.
Sebaliknya, jika ada kerabat yang masih muda terkena kanker, terutama jika ada banyak yang seperti itu, maka kita patut curiga bahwa kemungkinkan ada kelainan genetik yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam kasus macam ini, kita harus sangat waspada. Konsultasikan dengan dokter dari awal dan sangat direkomendasikan supaya kita melakukan tes skrining.
Mitos 2 : Kaum muda tidak mungkin terkena kanker?
Apakah orang muda bisa terkena kanker? Jawabannya bisa. Karena terjadi mutasi genetik khusus dan ini bukan karena turunan. Mutasi genetik ini tidak akan menurun pada keturunannya. Dan apa yang memicu mutasi tersebut, masih belum diketahui.
Kanker yang terjadi pada kaum muda juga meningkat beberapa tahun belakangan ini. Contohnya adalah melanoma atau kanker kulit. Kebiasaan kita yang sering terkena sinar matahari, menghabiskan waktu di luar ruangan, berjemur, ataupun sun-tanning (menggelapkan kulit) telah meningkatkan risiko dan frekuensi melanoma secara signifikan.
Selain itu, banyak gaya hidup yang tidak sehat seperti obesitas, makan sembarangan, kurang olahraga, dan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya kangker secara signifikan.
Mitos 3 : Biopsi menyebabkan kanker
Itu tidak benar. Jika biopsi dilakukan dengan teknik yang tepat, maka tidak akan terjadi penyebaran. Sebagai bagian dari diagnosis kanker sebelum pengobatannya, biopsi sangat penting untuk menentukan kanker dan mengkaji karakteristik molekular dari tumor yang ada.
Akan tetapi, banyak orang awam yang tidak mengerti apa itu prosedur biopsi dan takut prosedur ini akan menyebabkan penyebaran kanker.
Mitos ini sangat perlu ditangkal. Selain kanker ginjal dimana jarum biopsi tidak diperlukan sebelum dioperasi, biopsi bisa dilakukan dengan mudah dan aman untuk hampir seluruh kanker tanpa perlu khawatir bahwa kanker akan menyebar.
Dr. Quek menegaskan kembali bahwa biopsi adalah langkah pertama paling penting dalam pengobatan kanker. Beliau mengatakan, "jika kita tidak tahu apa yang kita hadapi, kemungkinannya adalah kita diberikan pengobatan yang salah!"
Dalam kasus lain seperti kanker prostat, biopsi dengan bantuan Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah menggantikan biopsi yang dibantu dengan ultrasound, dengan begitu hasil yang ditunjukkan bisa menjadi lebih akurat bagi ahli urologi untuk menarget area prostat yang perlu dibiopsi.
Dokter urologi Parkway Hospitals, Dr. Poh Beow Kiong, menjelaskan bahwa biopsi seperti itu akan memungkinkan dokter untuk menarget area kanker di prostat dengan ketepatan seperti Global Positioning Satelile (GPS) dan meningkatkan kualitas diagnosis kanker prostat, pasien dengan kanker prostat yang berbahaya mungkin membutuhkan pengobatan, sementara pasien kanker prostat yang tidak berbahaya mungkin lebih memilih observasi daripada pengobatan langsung.
"Begitu diagnosis kanker prostat dipastikan, untuk pasien dengan stadium awal yang belum menyebar, pasien memiliki pilihan observasi (pengawasan tanpa pengobatan), operasi, atau radiasi.
Sebaliknya, untuk pasien dengan kanker prostat stadium lanjut, mereka membutuhkan pengobatan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan hidup," tambah Dr. Poh.
Mitos 4 : Terapi kanker (chemotherapy dan radiasi) merusak sel tubuh yang sehat
Lebih baik dilakukan daripada tidak. Masyarakat berpikit bahwa pengobatan semacam itu sama dengan racun dan dapat merusak sel-sel yang normal. Banyak pasien juga menderita efek sampingnya seperti rambut rontok dan muntah.
Dr. Quek menjelaskan bahwa sel kanker adalah sel yang bertumbuh dengan cepat. Maka, sel-sel inilah yang lebih banyak terkena dampak buruk dari radiasi dan kemoterapi. Tetapi kita memiliki dua peningkatan dalam 20 tahun ke belakang.
Pertama, obat-obat yang membantu seperti obat untuk mengatasi muntah telah meningkat sehingga efek samping kemoterapi berkurang.
Kedua, dengan perkembangan dan disetujuinya terapi yang bertarget dan imunoterapi pada banyak kanker, kita makin jauh dari kenoterapi yang merusak dan makin dengan dengan terapi bertarget dan imunoterapi yang lebih efektif sebagai pengobatan standar bagi banyak kanker.
Imunoterapi adalah salah satu pengobatan kanker yang maju. Imunoterapi adalah obat injeksi yang ketika diberikan pada pasien akan meningkatkan sistem imun tubuh sehingga bisa melawan sel kanker.
"Imunoterapi sudah disetujui untuk digunakan pada banyak tipe kanker di seluruh dunia. Tidak seperti kemoterapi yang bertindak langsung pada kanker, imunoterapi mengobati kanker dengan melipatgandakan sistem imun kita, jelas Dr. Quek.
Mitos 5 : Mengkonsumsi gula sama dengan memberi makan sel kanker
Pada pasien kanker tetap boleh namun dengan batas wajar. Banyak orang dengan prinsip ini menghindari gula. Akhirnya tidak mau makan yang ada gulanya, nasi, roti dengan tujuan membuat sel kankernya kelaparan. Supaya sel kankernya mati. Sel kankernya belum mati malah sebaliknya, pasiennya yang meninggal.
Sebenarnya, meski kita tidak mengkonsumsi gula, tubuh kita tetap memproduksi gula. Dari otot, dari hati dan akan tetap akan memproduksi gula. Tanpa mengkonsumsi, tetap ada gula dalam darah kita.
Pasien kanker akan tetap disarankan untuk mengkonsumsi gula, namun dengan jumlah yang secukupnya dan wajar. Yang penting untuk semua orang adalah untuk menjaga berat badan ideal.
Karena semakin berat tubuh kita semakin berlebihan, maka meningkatkan risiko pada tubuh kita terkena kanker. Jadi penting untuk menjaga berat badan yang ideal dan pola hidup yang sehat.
Comments
Post a Comment