Favorit
Wisata Kuliner Semarang: Warung Makan Mbak Tum, Gudeg Koyor yang Nikmat
- Get link
- X
- Other Apps
Akhirnya kami mencoba juga makan di Warung Mbak Tum yang terletak di Jalan MT Haryono atau kawasan Peterongan, Kota Semarang. Pilihannya hanya ada satu, makan Gudeg. Lho, kok mengingatkan kami dengan Jogja yang sering makan di Gudeg Sagan. Apa bedanya?
Setelah hanya sering lewat, bulan Januari kemarin atau tanggal 20 Januari 2024, kami mencicipi juga makan Gudeg yang terkenal dengan Koyornya ini. Tempat ini selalu ramai dan sudah seperti salah satu tujuan wisata kuliner apabila sedang mampir di Kota Semarang.
📷 Gambar di atas kami ambil siang hari. Kami hanya ingin menunjukkan suasananya. Bangunan tempat makan Mbak Tum ada di sebelah kiri yang ada mobil hitam dengan bak terbuka.
Antri, boss
Meski wara-wiri di internet, bahkan beberapa kali melihat videonya, ternyata kami juga harus ikut antri untuk memesan menunya di sini. Tempat ini banyak diminati masyarakat saat kami tiba sektar pukul 9 malam.
Ada 2 bangunan yang digunakan. Satu untuk tempat memesan makan hingga transaksi pembayaran. Bangunan sebelahnya digunakan untuk tempat makan. Padahal tepat saat kami mengantri, sudah ada tenda juga yang tersedia. Tapi, itu sudah penuh.
Dan sisi depan bangunan lain, ada tikar yang digunakan untuk orang-orang makan juga dengan suasana luar ruangan sambil ditemani musik pengiring yang beberapa alatnya masih tradisional, eh maksudnya keroncong.
Koyor pembedanya
Sebagai bloger, tentu tempat makan yang sudah ada sejak tahun 1991 ini semacam harta. Namun kami tidak ahli untuk bicara tentang makanan lebih dalam atau expert. Kami sekedar penikmat, bukan food blogger.
Setelah pesanan kami sudah di tangan, segera mencari tempat duduk. Dan benar saja, riuhnya orang-orang mendadak tenggelam saat gigitan pertama Koyor yang masuk ke mulut kami. Wuih...nikmat.
Kami akhirnya jadi tahu apa yang membedakan Gudeg yang selama ini kami makan, terutama Jogja, dengan Gudeg Koyornya Mbak Tum. Nambah lagi referensi buat kami.😅
Ada banyak menu di dalam piring kami, namun tanpa koyor terasa berbeda. Koyor itu seperti daging, empuk dan lembut. Koyor sendiri diambil dari istilah bahasa Jawa yang merupakan bagian dari jeroan sapi yang biasa disebut urat. Adanya di lutut sapi.
Perpaduannya dengan bumbu rempah yang pedas ditambah nasi hangat memberi sensasi tersendiri. Untunglah, koyor yang kami makan tidak pedas karena memang pesannya tidak dicampur dengan yang pedas-pedas.
Malam itu terasa mewah sekali. Kami bersyukur cuaca sangat cerah. Balutan musik yang terdengar renyah di telinga memberi nuansa yang selama ini kami rasakan saat menyantap malam. Oh ya, tempat ini buka malam hari sampai dini hari (03.00).
...
Kami tidak ragu untuk menyebut tempat makan ini sebagai salah satu destinasi wisata kuliner di Kota Semarang. Jujur, makanannya nikmat. Tapi kami harus jujur juga, harganya buat kantong cekak untuk tipe pengunjung hemat seperti kami.
Tentu, bagi sebagian orang harga bukan halangan untuk menikmati sebuah hidangan. Apalagi terkenal dan punya nama. Silahkan mampir. Dan jangan lupa buka postingan lain di bawah ini.
📝 Tenang, bukan konten berbayar atau kerja sama.
Artikel terkait :
- Wisata Kuliner Semarang: Soto Ayam Khas Semarang Pak Man
- 3 Makanan Khas Semarang Ini Dihadirkan Saat Gala Dinner Pornas Korpri 2023
- Wisata Kuliner Semarang; Soto Bangkong
- [Review] Akhirya Mencoba Juga Nasi Ayam Bu Pini
- Lainnya
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Selama ini saya hanya mengenal gudeg jogja saja, Mas.
ReplyDeleteBaru lihat foto-fotonya saja sudah bikin ngiler nih. Jadi pengen nyoba bagaimana cita rasanya gudeg koyor ini. Dan baru tahu juga apa yang dimaksud dengan "koyor".
Moga kapan-kapan saya dapat kembali berkunjung ke Semarang dan mencoba gudeg koyor ini. Dulu banget pernah ke Semarang khusus untuk menghadiri Loenpia Jazz. Tahun 2015.
Salam persahabatan selalu, Mas.
Salam,
Iya, sama Bah. Nah ini salah satu referensi semoga suatu kelak sedang mampir ke sini. Terima kasih sudah berkunjung ke blog dotsemarang.
DeleteSalam persahabatan juga.
pernah makan gudeg mba Tum ini jaman hamil anak pertama, 23 tahun lalu. sekarang harganya udah muahal banget si, tapi kalo diajakain makan di sini mah mau aja, hehe
ReplyDeleteHehe iyah. Segmennya sudah beda, apalagi terkenal seperti sekarang.
Delete