Misi Microlibrary Warak Kayu dan Hari Aksara Internasional 2020

Ketika nama ini muncul lewat kanal berita yang terkirim ke email kami (Google Alerts), kami langsung tertarik untuk menjadwalkan kunjungan kami. Sekedar melihat lebih dekat, karena lokasinya dekat. Dan alasan kenapa Microlibrary ini mendapatkan penghargaan.

Berada di jalan Dr. Sutomo, satu kawasan dengan Kampung Pelangi, dari arah jalan kedua sisi perpustakaan berbahan kayu ini sudah kelihatan. Ini bukan saja nilai tambah sebagai destinasi wisata kami pikir. Tapi juga tempat belajar menarik karena ada tempat bermainnya.

Tujuan

Kami mencoba memahami tujuan atau misi dari keberadaan Microlibrary Warak Kayu ini dari website Liputan6.com yang menjadi referensi bacaan kami.

Bentuknya yang menyerupai rumah panggung memang menarik perhatian. Dengan bahan hampir seluruhnya kayu ini, membuat microlibraries meraih Popular Choice Winner pada kategori arsitektur perpustakaan menurut Architizer A+ Awards 2020. Tentang ini, sudah banyak yang menuliskannya.

Kami tertarik dengan bagaimana tujuan tempat ini dibuat. Dalam halamannya yang dipublish 9 Agustus 2020, Florina Henzelman sebagai Direktur dan Founder SHAU Indonesia menyebut, Microlibrary Warak Kayu memiliki tujuan utama untuk meningkatkan minat baca masyarakat, terutama anak-anak di lingkungan berpenghasilan rendah. 

"Kami melihat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah," kata Florina.

"Oleh karena itu, kami berupaya untuk meningkatkannya dengan membuat microlibraries yang menjangkau masyarakat dengan strategi merangkul ruang-ruang komunitas. Tidak hanya perpustakaan saja, tetapi ada unsur bermain dan berkumpul bersama," tambahnya.

Hari Aksara Internasional 2020

Bertepatan dengan tulisan ini yang kami terbitkan bulan September, ternyata kami baru tahu tentang Hari Aksara Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 September.

Tujuan dari peringatan yang dicanangkan oleh UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) ini adalah meningkatkan awareness warga dunia untuk memberantas buta huruf.

Yah, ternyata jumlah buta buta aksara atau bura huruf di dunia masih sangat mengkhawatirkan. Bahkan juga, banyak laki-laki dan perempuan yang tidak punya pengetahuan dasar membaca.

Di era sekarang ini, sangat riskan informasi yang beredar jadi santapan tanpa difilter. Maka tidak heran, berita bohong atau hoax terus tumbuh subur tanpa kita sadari.

Inilah yang harus disadari seperti yang dikatakan founder SHAU Indonesia tentang minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah.

5 gejala cacat sastra

Microlibrary Warak Kayu adalah salah satu upaya membawa perubahan dengan mengajak orang-orang kembali membaca. Apalagi dikonsep dengan sangat menarik, terutama sisi bangunannya. Kapan-kapan kami akan coba melihat seperti apa di dalamnya.

Momentum yang tepat untuk mengingatkan masyarakat untuk pentingnya melek aksara bagi individu, komunitas dan masyarakat.

Founder Penerbit Andal Krida Noesantara (AKOER) dan seorang Pakar Pemasaran Indonesia yang mencintai budaya Indonesia, Kafi Kurnia bahkan memberikan semangat kepada kita semua untuk terus menulis dan berkarya.

Beliau berharap momentum peringatan ini sebagai kebangkitan sastra Indonesia yang bisa dilakukan oleh para generasi milenial untuk menjadi pelopor dan pelestari budaya menulis karna sering membaca.

Ada 5 isu penting yang menandakan kita sedang mengalami cacat sastra menurut beliau yang menimbulkan kita mudah menyalurkan emosi kekesalan lewat saluran lain (media sosia).

  1. Sebagai bangsa besar kita kehilangan skills dan estetika berbahasa kita. Menulis indah - berpuisi - menulis surat - membuat cerpen dan sebagainya. Kita kehilangan panca indera berbahasa akibatnya kita cacat sastra.
  2. Kita kehilangan panggung sastra di media karena jumlah media cetak punah satu demi satu. Dulu kita punya majalah Horizon.
  3. Jumlah toko buku di Indonesia sedikit sekali. Kurang dari 350 toko. Minat baca kita minim sekali.
  4. Akibatnya kita tidak memiliki sastrawan lagi.
  5. Buku bermutu ikut punah. Sandiwara punah. Dan film kehilangan bahan baku cerita yang bagus.

Bantu Indonesia

Peringatan tahun 2020 ini, UNESCO mengangkat tema “Literacy Teaching and Learning in the Covid-19 Crisis and Beyond”. Masih soal berhubungan dengan Covid-19.

Gambar ilustrasi

Pandemi benar-benar menjadi tantangan tersendiri. Lewat peringatan Hari Aksara Internasional, orang-orang yang banyak di rumah sudah seharusnya menyisihkan waktu untuk lebih banyak membaca.

Mari kita bantu Indonesia dengan lebih baik lagi. Seperti yang dilakukan Microlibrary Warak Kayu dengan sekitarnya. Mengajak orang-orang kembali tertarik untuk membaca.

Atau lebih peduli lagi lewat sastra agar kemampuan berbahasa kita lebih baik. Kita bisa menghiasi saluran-saluran di media sosial dengan berbagai karya. 

Semakin banyak orang-orang peduli, maka kita sudah membantu Indonesia.
Selamat Hari Aksara Internasional

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?