Hari Media Sosial 2020


Kami berpikir harus dari mana memulai halaman ini. Tidak terasa sudah setahun lalu menulis tema seperti ini. Media sosial kini seperti sebuah negara tersendiri, bukan lagi sebuah lapangan besar. Dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia platform.

Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, mungkin juga termasuk Line hingga Snapchat adalah nama-nama yang familiar ditelinga kami atau kamu. 

Namun yang mendapatkan panggung sebenarnya adalah Twitter dan juga Youtube. Facebook masih ramai, tapi kami memanfaatkannya hanya sebatas tempat berbagi konten.

Twitter yang semakin personal

Ngomongin media sosial yang paling menarik tentu Twitter menurut kami. Setahun lalu kami telah berbicara di artikel kami sebelumnya di sini, bagaimana algoritma Twitter yang baru membuat timeline semakin ramai.

Ketika sebagian orang memanfaatkan platform berlogo burung ini sebagai bagian strategi pemasaran, datanglah orang-orang yang ingin mencari kebebasan tanpa batasan.

Tahun ini semakin banyak kami bertemu dengan akun yang menggunakan foto bukan pemiliknya. Mereka terus bertumbuh. Apakah itu murni akun baru dan pemilik yang hijrah (Instagram contohnya), atau pengguna lama yang memanfaatkan akun baru agar lebih bebas berekspresi.

Pengguna yang sudah lama terhubung dengan kami pun juga lebih senang berekspresi dari biasanya yang biasanya hanya momen tertentu mereka berbicara (posting). Mereka tak peduli lagi yang namanya privasi. Curhat seakan rutinitas yang membuat mereka melepaskan beban pikiran.

Saat melewati pengguna-pengguna yang bercerita tentang dirinya sendiri di timeline, pengguna lain datang dengan berbagai cara meramaikan. Kesalahan sedikit saja di dunia nyata atau media sosial, langsung dihabisi saat masuk ke timeline Twitter.

Ini bukan tentang politik yang sangat sensitif, tapi hal-hal sederhana yang dulunya biasa, tapi sekarang dianggap luar biasa. Bagai dua sisi mata koin, kadang bisa membangun (motivasi) tapi juga bisa membully habis-habisan.

Youtube yang terus mengangkat derajat

Konten tetaplah raja, dan karena itu orang-orang berlomba menghadirkan banyak cerita. Kami menyukai Youtube ketika memperlihatkan seseorang yang awalnya biasa, kemudian mendadak tenar. Youtube masih seperti itu.

Maka tidak heran, televisi dianggap jadul. Orang-orang muda lebih menyukai platform video yang membuat mereka lebih terhibur, termotivasi hingga ikut larut dalam kesedihan.

Sayangnya saat terjadi lintas platform, dibagikan ke Twitter atau media sosial lainnya, itu kadang menyakitkan. Beruntung bagi mereka yang terangkat derajatnya. Sebaliknya, bisa kamu terka sendiri.

TikTok, platform yang menikmati hasil

Pernah hadir dan kemudian tenggelam, TikTok kembali dengan menikmati hasil. Perlahan-lahan semakin disukai dan bahkan menjadi alat komunikasi pemasaran bagi banyak brand yang ingin mendapatkan perhatian generasi muda.

Bila dulu dianggap sinis karena sering menampilkan sesuatu yang dianggap kurang baik, TikTok sekarang malah menghadirkan banyak pembuat konten handal. 

Dibalut hiburan ala musik yang menghibur, apapun kontennya, orang-orang semakin menyukainya. Kami pikir juga algoritma yang digunakan sangat baik yang membuat pengguna dapat bertemu dengan pengguna di negara lain.

Kami senang melihat akun-akun luar yang membuat konten di TikTok. Tanpa sadar, itu menjadikan semangat tersendiri bagi sebagian pengguna mulai mengikuti. 

Meski sinis masih menemani, tapi tahun ini kami percaya TikTok membuat orang-orang lebih terhubung. Banyak musik tenar kini harus mencoba TikTok agar mudah terkenal.

Tantangan penyedia platform

Semua informasi, sangat mudah ditemukan di media sosial. Apa yang lagi ramai, bakal menjadi konten lintas platform. Dibagikan di sana, di sini dan di mana-mana. Termasuk ruang-ruang chat keluarga, pertemanan hingga komunitas.

Saat media sosial terus melampaui sebuah negara, penyedia platform mau tidak mau merasa terusik karena kelakukan penggunanya. Butuh batasan untuk menghormati dan rasa menghargai hingga tidak menyebarkan kebohongan yang menggiring sesuatu yang negatif

Apalagi dengan datangnya Corona, yang membuat ketakutan hanya menyeramkan saat di media sosial saja. Informasi sangat cepat terbagikan. Tidak tahu mana yang benar. Termasuk saat pejabat hingga Presiden harus mendapatkan teguran dan berbalik menegur penyedia platform.

Beberapa waktu lalu, pihak Twitter sudah mengupdate peraturan terbarunya yang juga diikuti pembaruan-pembaruan pada aplikasi mereka. Akun-akun yang tidak sesuai diberantas, info hoax diberi tanda dan terus memberi nyaman buat mereka yang menginginkan kenyamanan di platform mereka. Meski mati satu, tetap tumbuh seribu.

Facabook, Youtube hingga TikTok pun juga ikut ambil bagian. Terus memperbarui kebijakannya agar dapat melindungi komunitas mereka. Bagaimana pengaruhnya terhadap keluarga, anak-anak dan orang terdekat.

Ini adalah tantangan mereka (penyedia) saat media sosial adalah tempat yang semakin personal bagi penggunanya agar mudah terhubung dengan pengguna lain. Semakin tidak ada batasan dan rasa khawatir, padahal buat kami merasa kurang nyaman.

Apapun itu, hari media sosial yang dicetuskan sejak tahun 2015 tetap memberikan momentum kepada pengguna agar lebih bijak lagi menggunakan media sosial. Semakin meningkatkan kesadaran dan membawa nilai edukasi dalam bermedsos. Dan tentu memberi pengaruh positif. Kami harap begitu.

*Hari Media Sosial, 10 Juni.

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?