Materi pertama dari acara yang diselenggarakan tanggal 23 November di hotel Atria Magelang adalah Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang disampaikan oleh tim Ambulance hebat, dr. Satya Ariza dan dr. Hifni Hakim Prabowo.
Apa itu Bantuan Hidup Dasar?
Kami benar-benar awam dengan materi kesehatan, terlebih BHD. Artinya kami beruntung mendapatkan informasinya langsung seperti ini.
Mengutip dari
ilmujantungku.blogspot.com, Bantuan Hidup Dasar / BHD adalah Tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada penderita henti jantung sebelum diberikan tindakan pertolongan medis lanjutan.
Tujuannya sendiri adalah memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita dinyatakan meninggal.
RJP atau Resusitasi Jantung Paru
Kami sedikit kebingungan dengan salah satu kata yang disematkan dalam slide tentang RJP. Apakah itu? Setelah menelusuri, RJP adalah Resusitasi Jantung Paru. Semenjak ditemukan 40 tahun lalu, RJP sekarang lebih modern yang diperkenalkan.
Perkembangan ini berdampak pada korban yang terselamatkan dari serangan henti napas maupun henti jantung.
Yang dibutuhkan hanya dua tangan
dr. Satya Ariza
Dalam praktenya, bisa dilihat nanti di video yang kami taruh, hanya dibutuhkan dua tangan dalam penanganan dari serangan yang kami sebut di atas.
Kembali ke belakang, dulu pada tahun 1950, Peter Safar memperkenalkan nafas mulut ke mulut, bidan meresusitasi neonatus. Lalu pada tahun tahun 1960, Kouwenhoven dkk memperkenalkan kompresi dada.
Selanjutnya Peter Safar memperkenalkan kombinasi keduanya, sebagai dasar RJP. Yang kemudian sering kita lihat dibeberapa situasi, salah satunya saat menonton televisi.
Bila seseorang tak segera ditangani selama 3-8 menit, otak dan jantung yang tidak dapat Oksigen akan terjadi kematian.
Keterlambantan BHD
Untuk keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil 98 dari 100. Terlambat 3 menit, kemungkinannya sampai 50 dari 100. Dan 10 menit, hanya ada 1 kemungkinan dari 100 persen.
Bagaimana mengidentifikasi BHD? Biasanya seseorang yang terkena serangan mengalami henti nafas dan henti jantung.
Akibat biasanya bisa dari tenggelam, stroke, benda asing di sal nafas, inhalasi asap, epiglotitis, overdosis obat, cedera, infark miokard akut, tersengat listrik dan koma.
Langkah-langkah RJP
Ada singkatan dari tindakan yang akan dilakukan dengan berurutan. Mulai dari D (Dangerous), yaitu penolong, pasien, lingkungan aman. Kemudian R (Respons), yaitu alert, verbal, Vain dan Unresponsive. Shout, yaitu minta tolong, C (Circulation), A (Airway) dan B, yakni Breathing.
Dangerours yang pertama ini lebih menggambarkan untuk diri sendiri sebelum menolong penderita. Kita jangan menjadi korban berikut. Pertolongan pertama, jangan menambah cedera tambahan.
Setelah melewati tahap pertama tadi, dangerous, berikutnya adalah Respons. Kita periksa kembali keadaan korban dengan cara menggoyangkan bahu korban.
Bila kita bukan orang medis dengan perlengkapan lengkap, langsung lakukan shout atau bahasanya Code Blue. Ini artinya segera berteriak minta pertolongan.
Buat yang mengerti EMS atau emergency medical system tentu mengerti dengan prosedurnya. Namun bila seperti kami yang belum tahu, informasi prosedur EMS yang baku ini perlu diketahui.
lokasi , no telp dari mana panggilan dilakukan, apa yang terjadi, jumlah korban, keadaan korban, pertolongan apa yang sedang dilakukan, informasi lain.
Kami juga baru tahu untuk meraba denyut nadi, sebaiknya raba di daerah leher atau lengan. Lalu lakukan pemijatan jantung luar yang lokasinya berada di antara putting susu. Untuk dewasa 5 cm, anak-anak 3-4 cm dengan satu tangan.
Untuk rasio pijat jantung luar atau nafas buatan perbandingannya 30:2. Sebelum masuk Intubasi, mekanisme pertolongannya dapat diberikan dengan syarat-syarat seperti bila dewasa (>8 tahun) = rasio 30:2 (untuk 1 dan 2 penolong).
Anak-anak dengan usia 1-8 tahun, rasionya 30:2 (1 penolong). Bayi dibawah 1 tahun, rasionya 15:2 (2 penolong). Dan neonatus atau bayi baru lahir yang berusia 0 hingga 28 hari, rasionnya 3:1 (15 siklus = 30 detik). Nilai ulang sirkulasi adalah 5x siklus 30:2 (2 ini artinya 2 menit).
Bila pernafasan dan sirkulasi kembali normal dan korban tidak diduga memiliki cedera cervikal, berikan posisi mantap. Dalam gambarannya yang ada di slide, posisi ini tidur menyamping.
Nafas buatan tidak melulu lewat mulut
Kami baru tahu dalam penangan medis seperti ini ada cara lain untuk tidak melakukan mulut ke mulut. Para dokter yang mempraktekannya (video) memperlihatkan alat dan caranya. Tapi itu bila langsung ketemu paramedis rasanya. Karena kami sendiri belum tentu punya.
RJP dihentikan
Artikel kesehatan benar-benar panjang sekali buat kami. Tapi tenang saja. Kembali soal RJP bisa dihentikan, ini karena beberapa hal seperti kembalinya ventilasi dan sirklulasi spontan. Ada yang lebih bertanggung jawab, penolong lelah dan sudah ada tanda kematian pasien.
RJP tidak dilakukan
Kondisi ini biasanya teradi seperti karena DNAR (Do Not Attempt Resuscitation), Tanda kematian : kaku mayat, lebam mayat, Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal, Bila menolong korban akan membahayakan penolong.
Video
Segera kami publish, jadi bersabar menunggu.
...
Artikel kesehatan dari Dinas Kesehatan sebenarnya bukan kemampuan kami mengolah dengan sangat baik. Ini benar-benar panjang, tapi kami berusaha untuk membawanya dengan harapan segmen pembaca ada mengerti tentang konten ini.
Udah paham dikit sekarang. Hoho
ReplyDeletemantabsss
Delete