🎆 Agenda Kota Semarang Bulan Desember 2025
Tepat setiap tanggal 3 Desember, dunia merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) sebagai momen refleksi dan aksi nyata menuju kesetaraan. Di Kota Semarang, peringatan tahun ini dirayakan dengan cara yang hangat dan mendalam, berkat inisiatif dari Tekodeko Coffee Shop.
Mengusung tema lokal 'Mendengar dari Hati', perayaan ini bukan hanya acara seremonial, melainkan rangkaian kegiatan yang membuka mata dan hati kami tentang pentingnya empati serta komunikasi yang setara.
💖 'Mendengar dari Hati': Empati di Tengah Kota Lama
Kami harus jujur, seringkali kami sendiri luput mencermati momen HDI ini, sampai akhirnya undangan dari owner Tekodeko—teman lama yang aktif di Kota Lama—lewat pesan WhatsApps.
Perayaan ini berlangsung cukup panjang, mulai dari 3 Desember hingga 8 Desember, menghadirkan dua program utama yang saling mendukung: Magang Inklusif dan Workshop 'Menyelami Dunia Tuli, Mendengar Tanpa Suara'.
Kami hadir di acara puncaknya, yaitu workshop yang diadakan pada tanggal 6 Desember di Tekodeko. Tema 'Mendengar dari Hati' benar-benar terimplementasi sempurna. Ini bukan hanya tentang indra pendengaran, melainkan tentang empati, kemauan untuk memahami tanpa prasangka, dan menciptakan ruang komunikasi yang setara bagi semua warga Semarang.
🤟 Merangkai Jembatan Komunikasi Lewat Bahasa Isyarat
Suasana workshop di Tekodeko sangat khidmat namun penuh kehangatan. Semua peserta, didominasi oleh perempuan dan kalangan Gen Z, terlihat sangat fokus pada instruktur difabel yang memimpin sesi.
Kami sendiri tanpa sadar ikut hanyut saat pemateri mengajarkan dasar-dasar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Mulai dari isyarat huruf, angka, hingga ucapan-ucapan sehari-hari seperti Terima Kasih, Salam Kenal, dan Selamat Pagi. Pembelajaran ini terasa sangat penting; ini adalah cara paling nyata bagi kita di Semarang untuk benar-benar "Mendengar dari Hati" komunitas Tuli.
Workshop sendiri untuk umum yang mengadakan adalah Rekaloka. Ada 3 pembicara yang mengisi materi :
☕ Magang Inklusif: Transformasi Karir di Kedai Kopi
Jika workshop fokus pada komunikasi, program Magang Inklusif yang diadakan hampir seminggu penuh ini adalah aksi nyata dalam pemberdayaan ekonomi. Karena penasaran, kami langsung mewawancarai owner kedai kopi legendaris di Jalan Kepodang Nomor 64 ini.
Owner menjelaskan bahwa program magang ini memberikan kesempatan kepada beberapa Teman Tuli untuk berkarir di sektor F&B. Ini bukan kali pertama; respon yang bagus selama tiga tahun terakhir membuat mereka harus mengadakan seleksi ketat tahun ini.
Kesetaraan dalam Pekerjaan: Menurut owner, tidak ada perlakuan yang dibeda-bedakan. Mereka diperlakukan layaknya karyawan normal lainnya.
"Teman-teman Tuli yang magang ini fisiknya kuat, semangat kerjanya tinggi, hanya kurang dari sisi pendengaran saja. Kami samaratakan perlakuannya," ujar owner dengan antusias.
Saling Belajar dan Bergosip di Balik Meja Bar: Yang paling menarik, suasana kerja antara karyawan tetap dan peserta magang Teman Tuli penuh semangat. Karyawan tetap mengaku mendapat pengalaman baru dan ikut belajar Bahasa Isyarat untuk mempermudah komunikasi.
"Kami bahkan sekarang sudah bisa saling ajak bergosip [lewat isyarat]," canda owner yang senang melihat atmosfer inklusif tersebut.
Tentu saja ada tantangan, seperti mencari solusi untuk kata-kata yang sulit diisyaratkan, namun solusinya sederhana: mereka mencari isyaratnya atau Teman Tuli memahami dari mimik muka dan gestur tubuh. Mereka saling antusias; Teman Tuli antusias belajar melayani pelanggan dan menyiapkan pesanan, sementara karyawan tetap bersemangat mengajari.
Harapan Pasca-Magang: Tujuan utama owner adalah agar Teman Tuli yang belajar di sini tidak canggung lagi menghadapi lingkungan kerja baru di mana pun nantinya, tidak harus di bidang F&B.
Suara Langsung dari Teman Tuli: Kami juga mendapat kesempatan mewawancarai salah satu peserta magang Teman Tuli, didampingi owner sebagai juru bahasa isyarat. Saat ditanya tentang pekerjaan yang dilakukan, ia menyebutkan berbagai peran, mulai dari kasir, melayani pelanggan, bersih-bersih, hingga meracik minuman.
Harapan mereka sangat sederhana dan kuat: Mereka sangat suka bekerja di sini dan ingin mendapatkan kesempatan serupa di masa depan. Bekerja di kafe ini memberi mereka banyak ilmu dan pengalaman baru.
🚀 Menuju Perubahan Transformatif: Koneksi Global
Acara "Mendengar dari Hati" di Semarang ini ternyata memiliki relevansi kuat dengan agenda global. Kami sempat menelusuri Tema Hari Disabilitas Internasional 2025 yang dicanangkan PBB:
"Accelerating transformative change: inclusive development, climate action, and digital accessibility for all.
(Terjemahan: "Mempercepat perubahan transformatif: pembangunan inklusif, aksi iklim, dan aksesibilitas digital untuk semua.")
Jika dikaitkan, acara Tekodeko ini adalah langkah praktis untuk mencapai tujuan global tersebut:
Melalui tema lokal yang fokus pada empati, "Mendengar dari Hati," Kota Semarang melalui inisiatif Tekodeko telah mengambil langkah nyata dan mendasar untuk berkontribusi pada upaya global "Mempercepat Perubahan Transformatif" PBB.
Lalu, pertanyaan penutup kami: Apakah program magang inklusif yang sukses ini akan kembali diadakan?
Jawabannya melegakan. "Ya, kami akan mengusahakannya!" tutup owner dengan senyum.
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment