[Event] Gaya Hidup Tradisional di Era Milenial


Hal pertama yang kami bayangkan tentang acara ini adalah melihat langsung sosok Kepala Dinas Pariwisata Semarang yang baru, Ibu Indriyasari (foto tengah). Dari sisi penampilan, beliau lebih menarik. Kemudian, tentu saja tema yang diangkat.

Sebagai salah satu bagian dari pemasaran, bloger dapat dimanfaatkan pengaruhnya untuk mengkampanyekan sebuah promosi. Dua tahun terakhir kami sudah jarang berkunjung ke kantor Dinas Pariwisata Kota, maka harapan untuk dapat bertemu dengan kepala Dinas baru ini sangat besar.

Kami harap program pariwisata mereka semakin lebih baik dan sasarannya lebih dapat di era orang-orang yang membicarakan generasi milenial. Termasuk melibatkan influencer dalam masa baktinya beliau yang dari sisi penampilan lebih muda dan memahami era sekarang.

Acara Peer to peer on stage 

Ini pertama kalinya kami mengikuti acara yang diadakan Radio Idola Semarang. Mengusung tema 'Lifestyle Tradisional di Era Millenial, OK kah?', acara ini digelar di Puri Lobby Ground Floor, Hotel Ciputra Semarang, Kamis sore (28/2/2019).


Selain menghadirkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Ibu Indriyasari, Ada pak Charles yang akhirnya untuk pertama kali mau berbagi di depan orang banyak selama karirnya.

Beliau merupakan Peracik/Pakar Jamu Perusahaan Jaya Kemilau dan juga generasi ketiga dari pendiri pabrik jamu Nyonya Meneer. Terakhir, ada ada pak Andy Bangkit Setiawan, Peneliti Sosiologi dan Intellectual History.

Yang menarik dari acara ini selain acara itu sendiri adalah kehadiran Batik Margaria yang mempromosikan produk pakaian mereka dengan sebuah fashion show dihadapan para peserta. Sebuah ide bagus untuk kami yang pertama kali ikutan.


Lifestyle Tradisional di Era Millenial, OK kah ?

Gaya hidup tradisional kali ini banyak disinggungkan dengan jamu yang memang salah satu pembicaranya ada di sana. Manusia di era sekarang ini makin kesini makin ingin lebih sendiri. Namun harus tetap terhubung teknologi.

Slogan back to nature juga menjadi sisipan pembicaraan yang sering kami dengar tentunya. Yang menarik saat ini, permintaan global untuk jamu semakin banyak. Termasuk tren konsumsi obat herbal.

Ketika menyinggung jamu, pak Charles memberikan update tentang tren Pegagan yang kurang lebih sama seperti ginkgo biloba yang dapat meningkatkan kecerdasan anak dan orang tuanya. Produk ini banyak yang diminta masyarakat dunia.

Jamu adalah bagian budaya Indonesia, kita harus dorong untuk mengembangkannya. Permintaan dunia masih tinggi. Saat ini yang perlu diperhatikan agar diterima masyarakat dunia adalah bagaimana mengemas produk maupun cara menjualnya.

Apalagi era teknologi, semua lebih mudah dalam hal pemasarannya. Pengalaman pak Charles saat memasarkan produknya, malah banyak masyarakat dari negara Australia yang memesan. Kenapa tidak masyarakat Indonesia sendiri. Ya, inilah teknologi yang banyak membantu.

Pak Charles juga membuat inovasi dengan jamu, yaitu Temulawak Latte. Bagi milenial, istilah latte tentu menarik. Inovasi beliau ini dikembangkan di Bali. Di sana, permintaan yang berhubungan dengan herbal sangat tinggi.

Konten lokal

Bila Pak Charles banyak bicara soal jamu, sesi Bu Indri berbicara tentang konten lokal, yakni bahan lokal yang berhubungan dengan tradisional dan alam.


Pemerintah Semarang memiliki kebijakan untuk membangun kampung tematik. Setiap tahun, tiap kecamatan membuat kampung tematik. Sudah dilakukan sejak tahun 2016.

Kampung tematik Semarang sendiri memiliki banyak konsep, tergantung dari keunggulan kampung itu sendiri. Ada kampung Anggrek hingga kampung jamu. Bahkan di Semarang juga ada kafe yang semua bahannya berasal dari jamu. Termasuk desa wisata yang menyuguhkan sisi tradisional, seperti kulinernya.

Selain itu temulawak bukan hanya untuk makanan maupun minuman, namun juga bisa digunakan buat perawatan (digunakan untuk spa) di Semarang.

Konsep jamu di era milenial memang sedikit bergeser, bahannya memang masih sama, tapi kemasan dan pemasaran hingga penyajiannya pun mengikuti era sekarang. Seperti es krim jamu.

Cara menangai pasien dokter-dokter Eropa yang menarik

Beralih sesi pak Andy Bangkit yang menceritakan bagaimana dokter di Eropa menangani pasiennya untuk menganjurkan pasiennya datang ke alam-alam terbuka hingga museum. Tujuannya untuk menghilangkan stress.

Konsep untuk kesehatan itu sendiri sudah berubah sebenarnya. Dan sangat drastis sekali. Coba kita lihat negara tetangga, Malaysia,  yang di rumah sakitnya menyediakan pengobatan tradisional, seperti akupuntur hingga pengobatan herbal.

Pak Andy juga menyinggung soal bonus demografi tahun 2030 dan ini salah satu faktor konsumtif yang berpengaruh pada penggunaan tradisional. Produsen harus merespon keinginan generasi muda tahun tersebut. Karakternya sudah berbeda.

Apakah ini tren atau?

Pemikiran back to nature sebenarnya muncul pada tahun 70'an dan ini menjadi landasan ideologisnya Greenpeace dan sebagainya. Saat melihat orang-orang berangkat ke kantor menaiki sepeda, apakah itu back to nature atau tren saja? Atau sambil pamer harga sepeda yang mahal.

Hidup di era sekarang ini yang masih membawa tradisional, pak Andy mencontohkannya pada masyarakat Jepang. Secara fisik mereka berubah tapi tidak dengan pemikirannya. Ambil contoh saat membeli mobil baru.

Bila sebagian masyarakat kita ada yang langsung mencoba dulu atau test drive, bahkan langsung jalan-jalan bersama keluarga, sebagian masyarakat Jepang malah dibawa dulu ke kuil untuk didoain. Ini artinya, meski dari sisi fisik modern, dalam dirinya atau pola pikir, masih tradisional.

Keprihatinan

Pak Charles memberi perhatian pada orang asing yang tinggal di Indonesia. Mereka bisa membuat produk jamu dan dapat mengklaim yang paling bagus. Bahkan peramu jamu yang hebat di Bali yang beliau temui adalah orang Prancis.

Bila orang-orang seperti mereka dapat melihat pasar negara mereka, menyesuaikan, bisa jadi merekalah yang membuat jamu. Bukan orang Indonesia yang memiliki budayanya.

Maka dari itu, kita harus terus berinovasi dan melestarikan. Petani kita juga butuh standar agar diakui dunia. Kalau pasar yang ngatur, itu memang yang diinginkan. Sebaliknya, ini bisa bahaya buat kita.

..

Era memang sudah berubah. Sekarang jamannya milenial, namun warisan budaya leluhur masih dipakai. Teknologi kecantikan dan kesehatan masih memanfaatkan hal itu.

Masyarakat di era sekarang yang modern tetap peduli dengan yang tradisional tentunya. Boleh saja fisik modern, tapi pemikiran tradisional. Dan sebaliknya.

Untuk itulah, sangat penting menggabungkan keduanya atau kolaborasi mengikuti perkembangan era sekarang ini. Gaya boleh milenial, era boleh milenial tapi kita jangan tinggalkan tradisional.

Artikel terkait :
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Parkir di DP Mall Kini Hanya Melayani Pembayaran Non Tunai

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?