Agenda Kota Semarang Bulan November 2025
Festival Kota Lama 2025 akhirnya selesai! Ditutup pada 14 September lalu, Feskot berhasil menyisakan kesan sukses meskipun sempat ada penundaan jadwal. Sayang sekali, kami lagi-lagi ketinggalan menikmati langsung. Tapi tak apa, yang penting acaranya berjalan mulus sesuai harapan.
Tahun ini, Feskot mengusung tema "Color of Unity", membawa semangat persatuan lewat beragam budaya, seni, musik, dan tentu saja, kuliner. Lebih dari sekadar ajang hiburan, acara ini jadi cara keren untuk mengapresiasi warisan heritage Kota Lama, kawasan bersejarah yang jadi saksi bisu perpaduan budaya Belanda, China, Melayu, dan Khoja.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, konsep Feskot 2025 masih sama: event di dalam event. Walau digelar di satu kawasan, acaranya disebar di beberapa titik strategis, seperti Jalan Letjen Suprapto, Gedung Marba, Gereja Blenduk, Laroka Theater, Metro Point, dan Gedung Oudetrap. Tujuannya jelas, mengajak pengunjung untuk "jelajah" sambil menikmati ragam aktivitas berbeda di setiap lokasi.
Konsep ini makin terstruktur, tiap lokasi punya daya tarik khas yang tetap sejalan dengan tema besar. Hasilnya, pengunjung bisa menikmati pengalaman yang variatif, mulai dari kuliner, seni, musik, hingga pameran budaya, tanpa bikin satu tempat terlalu sesak.
Tapi, kami langsung teringat Feskot 2018. Dulu, semua acara terpusat di satu lokasi utama. Atmosfer festivalnya terasa begitu kental dan para pengunjung nggak perlu repot pindah-pindah untuk menikmati keseruannya.
Nah, ini dia event-event spesial yang bikin Feskot 2025 makin ramai:
Pasar Sentiling Kuliner Nostalgia (Metro Point, 6-14 September, 14.00-22.00 WIB)
Ini sih ibarat festival di dalam festival! Puluhan tenant dari Semarang, Jogja, Surabaya, Aceh, Makassar, sampai Pontianak, menyajikan hidangan tradisional yang sudah berakulturasi. Ada lumpia Semarang legendaris hingga sajian Melayu-China. Yang bikin seru, ada sesi storytelling tentang sejarah kuliner, cocok buat kamu yang suka wisata kuliner sambil belajar.
Kota Lama Orchestra (Gereja Blenduk, 9 September)
Konser musik klasik di Gereja Blenduk yang merupakan ikon heritage abad 18 ini, beneran jadi momen spesial. Orkestra pelajar Semarang berhasil memadukan musik Jawa dan internasional dengan tata cahaya yang memukau. Lokasi bersejarah ini bikin acara terasa eksklusif, apalagi tiketnya gratis tapi antrean panjang banget!
Fiesta Folklore Nusantara (Pelataran Gedung Marba, 11-14 September)
Parade kesenian lintas budaya ini menghadirkan Reog Ponorogo, tarian Minang, kesenian Bugis, sampai kolaborasi internasional seperti Hanbok Parade Korea dan tarian Jepang. Ada juga sentuhan Indo-Korea soal batik dan hanbok yang bikin acara ini terasa seperti festival budaya mini, lengkap dengan suasana meriah setiap malamnya.
Pikat Wastra Nusantara & Royal Hanbok Exhibition (Gedung Oudetrap, 11-14 September)
Pameran kain tradisional Indonesia (batik, tenun) bertemu busana hanbok Korea di Gedung Oudetrap. Ada demo membatik, fashion show, dan workshop kecil yang bikin lokasi ini seperti galeri budaya eksklusif. Pengunjung bisa belajar sekaligus berfoto estetik dengan latar yang penuh warna.
Wayang on The Street (Jalan Letjen Suprapto, 14 September)
Ini dia puncak festivalnya! Lakon wayang modern "Sang Pinilih" dengan twist kekinian: cosplay, flashmob, dan lomba kostum bertema wayang. Hadiahnya? Piala Wali Kota! Jalanan sampai ditutup demi parade ini, menarik ribuan pengunjung hingga bikin Dishub harus putar otak atur lalu lintas.
Meski konsepnya menarik, kami kok merasa Feskot 2025 ini masih kurang "nendang" ya, kalau dibandingkan era sebelum 2019. Ide jelajah sudut Kota Lama memang asyik, tapi buat pengunjung yang datang dadakan, suasana festivalnya sering hilang.
Acara-acara utama, seperti Pasar Sentiling (buka sore hari) dan Wayang on The Street (malam hari), membuat kawasan Kota Lama di pagi atau siang hari terasa biasa saja. Lalu, bagaimana dengan mereka yang datang di luar jadwal itu?
Saat Feskot dimulai pada 6 September, branding mulai terlihat di Metro Point, tempat Pasar Sentiling berada. Siapa pun yang lewat pasti langsung tahu ada acara.
Di hari terakhir, Minggu pagi 14 September, kami sempat mampir lagi dan menemukan secercah harapan. Di Taman Srigunting berdiri gerbang festival dari bambu bertuliskan "Festival Kota Lama Semarang 2025", lengkap dengan lampu hias gantung menuju Gedung Oudetrap. Ini sih langkah maju banget, karena di tahun 2022-2024 Feskot "senyap" tanpa dekorasi, seperti yang pernah kami tulis.
Tapi, sayangnya gerbang ini hanya menarik perhatian dari Taman Srigunting saja. Tanpa papan info atau petugas yang aktif, pengunjung yang datang dadakan bisa menganggapnya hanya sekadar dekorasi.
Dekorasi lain di Metro Point dan senam di depan Gedung Oudetrap juga terbatas. Di luar spot itu, seperti di Jalan Letjen Suprapto atau Gereja Blenduk di pagi hari, suasananya tetap biasa saja.
Meskipun begitu, kami akui 2025 jauh lebih baik dari tiga tahun sebelumnya.
Untuk promosi di media sosial? Jempolan! Akun Pemkot Semarang dan Provinsi Jawa Tengah begitu gencar mempromosikan lewat tagar #FestivalKotaLama2025, berhasil menjangkau banyak audiens.
Selamat buat panitia yang sukses menggelar Feskot 2025! Kami tidak sabar menunggu edisi 2026.
Tidak ada yang sempurna, tapi kami harap sudut pandang ini bisa memberi wawasan. Jika boleh saran, tambahkan papan info dengan QR Code berisi jadwal acara—tak perlu besar-besar.
Plus, buat ikon festival, misalnya karakter wayang modern, yang bisa dipajang di mana-mana. Biar suasana festivalnya langsung terasa.
Sampai jumpa tahun depan!
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment