Review Film Dejavu (Ajian Puter Giling)


Pekan ini, bioskop Semarang mengunci semua teaternya dengan film-film Indonesia. Bahkan, film yang sedang hits 'Mad Max' tak tampil disini. Review kali ini datang dari film Dejavu yang tayang secara resmi tanggal 21 Mei 2015.


Keberhasilan film Tarot sebagai film horor yang paling menarik beberapa pekan ini di Semarang sepertinya menjadi tren positif bagi penonton. Dan Dejavu seolah meneruskan estafet film yang bergenre sama yaitu horor.


Lagi, rumah yang digunakan sebagai lokasi utamanya


Bisa dibilang, film Dejavu adalah film yang menggunakan biaya tidak terlalu mahal. Lokasi syutingnya sebagian besar hanya mengeskplore sebuah rumah. Rumah tua dan kebalikan dari Tarot yang selalu besar dan mewah. Disini, Anda akan menemukan sisi seram yang lebih menakutkan.


Perhatikan judulnya


Pertama melihat trailer dan poster, saya hanya tahu film ini mengangkat kisah horor dan dejavu. Sebuah fenomena yang membuat seseorang merasakan yang pernah dirasakan seperti terulang kembali.


Hingga mendekati akhir-akhir, baru deh ketahuan makna judul film ini yang bila diperhatikan ada tulisan lainnya yaitu 'Ajian Puter Giling'. Semua terjawab tentang arti sebenarnya dari film ini.


Mencekam sih


Dari awal hingga sebelum film benar-benar selesai, film ini berhasil membuat adrenalin naik turun. Ditambah musik pengiring dan suara-suara yang menghantui. Saya kira film ini adalah genre terbaik setelah film Tarot sebelumnya.


Namun anehnya, ini saking takutnya atau memang kurang mencekam, tidak terdengar suara-suara penonton yang histeris ketakutan. Berbeda dengan film yang diperankan Shandy Aulia yang membuat penontonnya mampu berhisteri bareng-bareng.


Cerita


Seorang perawat cantik yang diperankan Ririn Ekawati bekerja disebuah rumah yang dihuni suami istri (Dimas Seto dan Ririn Dwi Aryanti). Ia merawat istri dari pemilik rumah ini yang mengalami trauma setelah kecelakaan dan duduk dibangku kursi roda.


Dari awal, beberapa keganjilan sudah membuat penonton tidak dapat bersantai sejenak. Keseharian yang dialami perawat akhirnya menemui titik temu setelah seorang ibu yang disebut paranormal dan suka nembang jawa mengajak si perawat bicara.


Sangat baik film yang disutradarai oleh Hanny R.Saputra ini mengumpulkan ketegangan dan keingintahuan penonton hingga akhir film yang berdurasi sekitar 82 menit ini.


Mulai suara gaduh diatas atap, penampakan wanita yang masih sebatas wajar, pintu yang terbuka sendiri, televisi yang nyala dan masih banyak lagi menjadi alur yang harus dilewati penonton.


...


Ada sisi gelak tawa penonton yang sepertinya sengaja agar film tidak melulu mencekam. Secara keseluruhan film ini untuk sisi mencekam lebih baik daripada Tarot. Karena tidak ada jeda untuk membayangkan yang senang-senang di film ini.


Sayangnya, bagian akhir film ini begitu datar. Seolah tidak mengeluarkan hasrat yang sudah terpendam lama mengikuti durasi film yang dari awal sudah tertahan. Sayang sekali.


Untuk jumlah penonton pada jam pertama tayang film ini sudah sangat lumayan menurut saya.


by @asmarie_




Informasi Pemasangan Iklan

Hubungi @dotpromosi
Email : dotsemarang [@] gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?