Agenda Kota Semarang Bulan Oktober 2025

Pecinan Semarang lagi on fire! Setelah Pekojan Cafe Street sukses jadi magnet anak muda dengan street coffee kekiniannya, kini giliran Waroeng Semawis comeback sebagai ikon kuliner malam Pecinan yang dirindukan.
Lokasinya di Gang Warung, cuma 5 menit jalan kaki santai dari Jalan Pekojan—bayangkan: setelah chill ngopi di Tersenyum Kopi atau Pipi Coffee, langsung lanjut hunting kulineran legendaris di pasar malam ini. Revitalisasi kawasan Pecinan oleh Pemkot Semarang dengan total anggaran fantastis (sekitar Rp76 miliar) memang sukses bikin gairah pariwisata malam di Kota Lumpia ini naik level.
Yuk, simak cerita lengkap re-opening akbar Sabtu lalu dan kenapa Waroeng Semawis wajib masuk list tujuan weekend kami!
Bagi warga Semarang, Waroeng Semawis bukan lagi nama baru. Dulu, pasar malam ini selalu ramai tiap akhir pekan, sukses menarik ribuan wisatawan untuk menikmati kelezatan otentik seperti lumpia Semarang, tahu gimbal, wingko babat, hingga hidangan khas Tionghoa seperti steamboat.
Namun, sejak proyek revitalisasi Pecinan dimulai Juli 2024, Semawis harus tutup sementara untuk penataan ulang. Infrastruktur dirombak total: trotoar diperlebar, drainase anti-banjir diperbaiki, dan lampu-lampu estetik dipasang, bikin gang-gang tua di kawasan ini jadi lebih Instagramable.
Hasilnya? Kawasan Gang Warung kini jauh lebih aman, bersih, dan ramah pejalan kaki—nyambung banget sama vibe heritage dari Kota Lama dan Kampung Melayu.
Momentumnya sangat pas! Euforia Pekojan Cafe Street yang lagi FOMO sejak Juli 2025 kini langsung tersambung ke Waroeng Semawis. Para pelaku UMKM Pecinan pun bergerak cepat menangkap peluang emas ini.
Pada Sabtu malam, 4 Oktober 2025, re-opening Waroeng Semawis digelar meriah di Gang Warung, Kelurahan Semarang Tengah. Acara dibuka langsung oleh Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti yang terlihat akrab ikut jajan siomay dan cakwe sambil berfoto dengan warga. Konsep masak besar dan alunan live music tradisional Tionghoa makin menambah hangat suasana.
Ratusan pengunjung langsung memadati 60 gerai UMKM. Kabarnya, penjualan para pedagang malam itu melonjak 2 hingga 3 kali lipat dari prediksi awal.
Kami sendiri sempat mampir sebentar ke acara itu. Suasananya riuh tapi hangat, dan aroma sate serta lumpia benar-benar menyebar ke mana-mana. Sayangnya, kami hanya singgah singkat malam itu. Namun, dari kunjungan kami ke Pekojan pada pertengahan September kemarin, kami sudah melihat tanda-tanda keramaian ini akan segera datang: lampu-lampu di Gang Baru bersinar terang, siap menyambut kembali gairah Pecinan!
Wisata heritage dan kulineran di Pecinan memang duo maut yang tak terpisahkan. Setelah puas ngopi dan nongkrong di Pekojan, melanjutkan perjalanan ke Semawis terasa sangat perfect. Kita bisa jalan kaki santai sambil menikmati ornamen Tionghoa di gapura dan mural-mural unik di gang.
Menu andalannya? Jelas ini yang paling diburu:
Jajanan Legend Semarang: Lumpia rebung, tahu gimbal, wingko babat—rasa otentik yang bikin bernostalgia.
Menu Kekinian Tionghoa: Steamboat panas, siomay udang, dan pisang plenet goreng—cocok banget buat Gen Z yang suka foto makanan aesthetic.
Camilan & Dessert Lain: Ada sate kambing, es campur, hingga martabak manis. Harganya pun ramah kantong, mulai dari Rp10.000 hingga Rp30.000.
Waroeng Semawis kini buka setiap Jumat–Minggu pukul 18.00–22.00 WIB. Fasilitasnya pun makin oke: ada zona duduk santai dengan kursi kayu, toilet bersih, dan pengawasan keamanan pangan yang ketat. Kami rindu banget suasana ini—duduk santai sambil ngobrol malam, ditemani angin sepoi-sepoi khas Pecinan.
Re-opening Waroeng Semawis ini bukan cuma soal perut kenyang, tapi juga booster dahsyat bagi pariwisata malam Pecinan. Semawis yang dulu menarik lebih dari 1.000 pengunjung per malam, kini diprediksi bakal makin ramai berkat sinergi langsung dengan Pekojan Cafe Street.
Revitalisasi tahap kedua (senilai Rp30 miliar di tahun 2025) akan menambah furnitur jalan dan panggung budaya. Semua ini akan menjadikan kawasan Pecinan sebagai "Trilogi Wisata" yang lengkap: heritage (Kelenteng Tay Kak Sie), kuliner (Semawis), dan kekinian (Pekojan). Ekonomi UMKM langsung naik, dan wisatawan luar kota pun jadi penasaran—ini dia FOMO Semarang level up!
Mau langsung coba nongkrong di sana akhir pekan ini? Ini beberapa tips dari kami:
Rute Ideal: Mulailah dari Pekojan Cafe Street (bisa ngopi Rp15.000-an), lalu jalan kaki 300-500 meter ke Gang Warung—total dalam 1 jam saja sudah kenyang dan puas!
Waktu Terbaik: Datanglah malam Minggu untuk menikmati live music, tapi usahakan datang lebih awal, sekitar pukul 18.00 WIB, agar dapat spot duduk nyaman.
Hal Penting: Bawa uang tunai cash karena banyak gerai masih non-digital. Pakai sepatu nyaman, karena gang-nya memang ramah pejalan kaki.
Dari street coffee hits di Pekojan sampai kuliner malam legendaris di Semawis, Pecinan Semarang membuktikan bahwa revitalisasi total bisa bikin kawasan tua hidup kembali dan jadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Kami senang sekali spot ini comeback—suasana santai dan hangat yang dirindukan kini jadi pengalaman berharga untuk weekend.
Yuk, segera agendakan akhir pekanmu! Tulis di kolom komentar: menu Semawis apa yang wajib dicoba duluan menurut kalian? Atau, route Pekojan-Semawis udah pernah kalian coba? Share dong pengalaman kalian!
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment