Kabar kurang menyenangkan datang kembali dari bioskop Semarang yang tidak menayangkan 2 film Indonesia pada bulan Agustus ini. Dua film tersebut adalah 3 Dara dan film Lasjkar Di Tapal Batas.
Momok kekurangan layar sepertinya menjadi alasan tersendiri dalam bisnis perfilman tanah air. Mengutip situs marketeers.com (11/8), jumlah bioskop di Indonesia hanya punya 1.100 layar.
Bila menghitung rasio dengan populasi penduduk di Indonesia, negara kita terhitung paling rendah. Data dari Badan Ekonomi Kreatif menyebutkan hanya 100.000:0,4. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang rasionya sudah 100.000:14 atau Cina 100.000:1,8. Bahkan, negara tetangga seperti Malaysia sudah 100.000:2,4.
Apakah ini soal jumlah layar?
Saat beberapa daerah warganya harus menempuh perjalanan 1 jam hanya untuk mendapatkan tiket nonton atau tidak ada bioskop sama sekali, di Semarang sebenarnya malah sebaliknya. Akses mudah dan terdapat 3 bioskop, 2 dari XXI dan 1 bioskop lokal - Eplaza.
Ketidakhadiran film 3 Dara yang merupakan film restorasi, dan film Lasjkar Di Tapal Batas yang mengangkat tema kemerdekaan seperti mengulang postingan-postingan sebelumnya. Bulan Juni kemarin, 2 film Indonesia juga tidak tayang di Semarang. Padahal film tersebut tayang di beberapa kota.
Apakah ini soal jumlah layar terbatas, dimana konsen tayangan film Indonesia di Semarang adanya di bioskop Cinema XXI (Simpang Lima). Padahal film Hollywood bisa masuk?
Apakah ini soal bisnis?
Saat momen lebaran kemarin, saya menyaksikan bioskop Cinema XXI begitu luar biasa dari segi jumlah penonton. Saya pikir, momen tersebut akan berlanjut dari waktu ke waktu. Ternyata itu tidak.
Setelah momen tersebut berlalu, rupanya minat terhadap film Indonesia beberapa pekan terakhir kembali normal. Film Indonesia kembali sepi peminat meski beberapa film yang dibintangi nama-nama besar tetap menarik perhatian.
Andai film yang tidak tayang ini tayang di Semarang, mungkinkah ketakutan jumlah penonton yang sepi menjadi masalah. Bukankah ingin mendukung perfilman tanah air. Atau ini soal bisnis, bila tidak menguntungkan kedua belah pihak, maka akan sulit dinaikkan ke layar.
...
Saya tidak mampu menjawab mengapa film Indonesia yang seharusnya tayang ternyata di kota Semarang malah tidak tayang. Semua kembali kepada kebijakan pengelola pemilik bioskop. Apalagi masih banyak di daerah yang malah tidak memiliki bioskop, tentu mengeluh ini tidak akan memberikan solusi.
Berapa banyak orang yang mengeluh ketimbang orang yang mau menonton film Indonesia? Mungkin hanya Kofindo yang mengeluh. Dan memang dibutuhkan waktu untuk menunggu perubahan.
Yang pasti, saya akan tetap mendukung perfilman tanah air melalui berita dan review film. Semoga tahun selanjutnya, bioskop di Semarang semakin bertambah dan perusahaan lain juga turut meramaikan.
*Maaf, tidak ada review film 3 Dara pekan ini, termasuk review film Lasjkar Di Tapal Batas.
*** Update : Film Mimpi Anak Pulau dan Pantja Sila : Cita-cita & Realita juga tidak tayang di bioskop Semarang.
Artikel terkait :
...
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik
DI SINI untuk detail lebih lengkap
Comments
Post a Comment