Tren Scan Barcode (QR Code) Bagi Industri Pariwisata Indonesia

Saat membaca artikel di media online tentang Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang meluncurkan program scan barcode di bulan Februari, kami pikir ini sudah saatnya tempat-tempat wisata di tanah air melakukannya.

Kami pikir ini sebuah tren pariwisata meski penggunaan pemindai barcode dengan QR Code sudah pernah kami bawa di tahun 2018. Saat itu hutan wisata Tinjomoyo dibranding dengan kegiatan yang bernama Pasar Semarangan.

Semua transaksi di Pasar Semarangan dilakukan dengan pemindai/scan QR Code. Memang saat itu masih sebatas transaksi, bukan informasi seperti yang dilakukan di Jawa Barat.

Mempermudah

Semua teknologi pada akhirnya ditujukan untuk mempermudah masyarakat dalam memanfaatkannya. Apalagi masa pandemi begini, sentuhan masih dianggap mengkhawatirkan.

Kami senang Pemerintah Provinsi Jawa Barat membaca teknologi barcode sebagai upayanya memulihkan sektor ekonomi dan pariwisata saat pandemi sekarang.

Bahkan, dalam tulisan travel.tempo.co yang dipublish 22 Februari 2021, Pemprov Jabar mengklaim program scan barcode pariwisata oleh mereka sebagai yang pertama dilakukan di Indonesia. 

Yang menarik dalam artikel tersebut, bagaimana arahan Pak Gub Jabar yang akan meminta setiap kecamatan untuk berlomba memasang barcode di wilayahnya masing-masing.

Inovasi Industri Pariwisata

Meski teknologi pemindai barcode atau QR Code bukan hal baru, untuk dunia pariwisata bisa dianggap sebuah inovasi.

Seperti juga saat kami mengikuti kegiatan media trip dari tiket.com bulan Februari kemarin. Di mana pembelian tiket masuk Sam Poo Kong hanya dilakukan lewat aplikasi saja.

Setelah berhasil membeli tiket masuk, saat tiba di lokasi tiketing, kami hanya perlu menunjukkan gambar QR Code sebagai bukti transaksi.

Pihak tiketing dari Sam Poo Kong hanya perlu memindai gambar yang diarahkan pengunjung seperti kami. Dan langsung beres tanpa sentuhan sedikit pun.

Memang itu terlihat mudah dan sederhana, tapi juga harus dibutuhkan sedikit kemampuan dari sumber daya manusia dan perangkat yang digunakan, serta koneksi internet.

Di masa depan, teknologi QR Code tentu jadi lebih baik. Semisalnya kami setelah masuk Sam Poo Kong, lalu melihat objek-objek menarik.

Di salah satu objek sudah tersedia gambar barcode yang sederhana berbentuk kotak. Pengunjung hanya perlu mengarahkan Smartphone-nya saja untuk mengetahui informasi tentang objek tersebut. Di sana (setelah dipindai), pengunjung diarahkan ke situs atau promosi lainnya yang lebih lengkap.

Di Jogja, mengutip situs antaranews.com yang dipublish 15 Juni 2020, pengunjung yang ingin masuk Malioboro harus menscan/memindai QR Code. 

Penggunaan QR Code di sana dijadikan pemantauan untuk pencegahan Covid-19. Masyarakat setelah menscan, akan diarahkan untuk mengisi data diri. 

Menurut Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, masih mengutip di situs antara, QR Code bisa ditempatkan juga di toko oleh-oleh hingga seluruh pendukung industri wisata lainnya.

Ke depannya, QR Code bisa dikembangkan sebagai alat promosi bisnis dari seluruh pelaku wisata di Kota Yogyakarta.

...

Bagi merek atau perusahaan, teknologi scan barcode bukan hal baru. Di dalam kode barcode, bisa dimasukkan informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap. Tak perlu mengetik satu demi satu. Bahkan, bisa menjadi alat promosi yang tampil lebih sederhana namun menarik dari kata-kata.

Mari menunggu perkembangan teknologi ini lagi ke depannya, apakah ada sesuatu yang lebih menarik lagi untuk kami lihat?

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?