Mustika Rasa On Stage Kota Semarang: Kembali Ke Siklus Lokal

Menutup akhir tahun 2021, Kota Semarang didapuk menjadi kota pertama acara yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang menghadirkan Mustika Rasa On Stage. Seperti apa acara berlangsung dan suasananya?

Entah apakah ini semacam kebetulan atau keberuntungan, tempat yang digunakan untuk acara adalah tempat yang sudah beberapa kali kami kunjungi sebelumnya. Jodoh?

Jumat siang (24/12), bertempat di Oud En Nieuw, kami turut hadir yang di mana undangannya sebagian besar di dominasi awak media dan beberapa bloger seperti kami. Tentu, ada pejabat juga yang hadir dan beberapa undangan lainnya yang namanya tidak asing di telinga, seperti PHRI atau Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Semarang.

Kick Off 

Yang membuat kami bangga datang ke acara ini adalah Kota Semarang yang dijadikan Kota Pertama dari acara yang akan juga dilaksanakan beberapa Kota berikutnya.

Alasannya, karena Kota Semarang termasuk salah satu kota di Indonesia yang berhasil dalam hal akulturasi budaya. Kami senang mendengarnya.

Identitas Bangsa lewat makanan

Pak Deputi

Dalam acara yang dimulai pukul setengah dua siang ini, bahkan disiarkan langsung via Zoom, ada beberapa nama yang dihadirkan. 

  • Ir, Prakoso,M.M, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan.
  • JJ Rizal, Sejarahwan.
  • Hardian Eko Nurseto, finalis Master Chef Indonesia Season 8.
Kami jadi teringat dengan spanduk-spanduk di beberapa ruas jalan yang mempromosikan kuliner dari negara lain. Rasanya seperti diberi pencerahan datang ke acara ini untuk kembali mencintai kuliner lokal atau Nusantara.

Paragraf di atas mendadak hadir saja dalam pikiran kami saat sambutan pembicara menyeletuk tentang 'kebanyakan kuliner dari luar negara, di mana kuliner di negeri sendiri".

Lalu, bagaimana dengan kaitannya dengan Pancasila? Awalnya kami masih memperhatikan buku yang sangat tebal yang berada di meja para pembicara dan Wakil Wali Kota.


Buku yang berjudul Mustika Rasa adalah kumpulan resep masakan dari berbagai daerah di Indonesia. Buku yang lahir atas gagasan Presiden Ir. Soekarno ini berisi 1.600 lebih resep masakan.

Bisa kebayang, andai saja kami dapat menghapal semua resep, ah tidak sebagian saja itu sudah cukup, rasa cinta terhadap Bangsa Indonesia begitu besar. Dari sisi makanan saja, yakni dengan mengenal pangan seluruh tanah air, ada rasa bangga yang hadir sebagai warga negara Indonesia.

Sepertinya inilah garis besar dari acara yang diselenggarkan BPIP yang ingin melakukan Pembudayaan Ideologi Pancasila dan Gotong Royong lewat pendekatan kuliner.

Kelas memasak


Kami pikir acara akan membosankan seperti biasanya yang kebanyakan hanya mendengar, namun ternyata tidak. Ketika sesi Chef Hardian berbicara, ternyata kami dan undangan langsung diajak mengikuti kelas memasak.

Chef memilih membuat Perkedel Ambon yang diambil dari salah satu resep yang ada di buku Mustika Rasa. Perkedel dipilih karna di dalam buku terdapat 16 resep tentang makanan tersebut. Dan pilihannya jatuh ke perkedel Ambon yang dianggap unik dari sisi bentuk. 

Menurut Chef, Perkedel Ambon ini bisa ditemukan juga di Meksiko. Sekilas mirip meski ada beberapa perbedaan dari sisi bahan. 
Salah satu rekan bloger kami diundang untuk menemani Chef memasak. Kami pikir rekan kami yang berpengalaman memang mudah beradaptasi. Kami senang mendengarnya saat dipuji dari Mbak Iren, BPIP.

Apa saja diviralkan

Tentang kelas memasak, nanti kami tulis lebih lanjut di halaman berikutnya. Kelas memasak sudah, dan acara berlanjut ke sesi diskusi.

Perkedel Ambon

Saat ini, tren makanan naik. Apa saja di-viralkan. Ada rasa kekhawatiran dari diskusi yang kami dengarkan. Wajar bila budaya luar masuk lewat makanan. 

Kita kembali ke siklus lokal. Karena arus balik ini besar, maka kita harus mengelolanya dengan baik. Peran besar dari media dan para blogger sangat berpengaruh untuk ini. Jangan hanya tentang rasa, namun juga bagaimana membangun narasinya.

Ada pertanyaan menarik yang diberikan kepada pembicara tentang bagaimana caranya agar anak makan makanan Indonesia? Ini bisa dimulai dari dapur rumah menurut Chef yang juga mempraktekkan ini pada keluarganya. Orang tua memasak makanan Indonesia

Atau jangan-jangan pengetahuan generasi muda tidak tahu karena orang tuanya tidak memasak, celetuk salah satu pembicara. Apalagi kita tahu, apa yang kita makan adalah simbol identitas sosial.

Live streaming

Woh, sudah sangat panjang sekali kami menulis ini. Bila kamu masih penasaran dengan acara, bisa menyaksikan siaran ulangnya yang sudah diunggah di YouTube di bawah ini.

...

Kami tidak menyangka, berbicara hal tentang makanan atau kuliner, bisa menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan terhadap Bangsa Indonesia. Pengetahuan kami tentang makanan lokal benar-benar masih minim. Kami harap tahun 2022, kami bisa lebih banyak lagi mengangkat soal makanan lokal dari Kota Semarang.

Ah iya, ada senyum merekah dari rekan kami yang tadi menemani Chef memasak. Ia sempat berbicara kepada kami, semoga buku yang ia pegang dari tadi (Mustika Rasa) bisa dimilikinya. Dan kejadian, ia berhak mendapatkannya. Selamat, Mas Nuno.

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?