Hingga postingan ini dibuat (22/3), film Wa'Alaikumussalam Paris yang tayang secara resmi di bioskop Indonesia tanggal 17 Maret 2016, masih tayang full. Padahal serbuan film Hollywood sudah sangat menyesakkan teater-teater bioskop Semarang. Apakah berarti film ini berhasil? Mungkin berikut alasannya.
Film Wa'Alaikumssalam Paris yang dibintangi Nino Fernandez dan Velove Vexia sejak awal dimulai film ini berhasil menyuguhkan tontonan yang tidak membuat penonton mengantuk. Seperti minum kopi, efek cafeinnya benar-benar nonjok yang membuat saya sangat senang menonton film dengan durasi 107 menit.
Memahami pasar film
Maxima Picture selaku produksi sepertinya membaca dan memahami keinginan penonton film Indonesia terutama di Semarang. Membawa judul yang bernuansa Islami, film ini bukanlah film serius yang diperuntukkan bagi penonton dewasa. Buktinya, mereka menaruh label 13+ buat film yang disutradarai Benni Setiawan.
Dengan genre komedi asmara, film ini sukses membuat saya dan beberapa penonton tertawa hingga 30 menit awal tanpa jeda. Bahkan hingga akhir. Semua good looking, pemainnya.
Budaya modern dan tradisional
Bukan sekedar hadir untuk memberi hiburan pada penonton, film ini juga membawa dan mengenalkan budaya kepada generasi muda. Budaya tradisional Indonesia ada pada Jawa Barat dengan logat Sundanya. Tradisi pernikahan, khitan dan sebagainya ini adalah memberi pemanis sendiri tentang Indonesia.
Sedangkan sisi modern, penonton dewasa bisa melihat perkembangan yang terjadi saat ini. Internet, selfie, Wifi, dan sebagainya adalah tren yang berkembang untuk mempengaruhi budaya generasi muda hingga terbawa pada hubungan rumah tangga.
Pemandangan yang indah
Belum berhenti terlena karna tawa yang ada, penonton dibawa melihat pemandangan yang indah dari Prancis. Seolah ingin mengajak saya untuk segera mengunjungi negeri yang terkenal dengan menara eiffelnya tersebut. Bagaimana indahnya, hanya penonton saja yang tahu.
Cerita utama
Kisah utamanya tentang pernikahan berbeda negara. Velove Vexia yang berperan sebagai Itje atau sering dipanggil neng, punya tujuan khusus mengapa ia menikah dengan Nino Fernandez yang berperan sebagai Clement yaitu ingin selfie di Paris.
Setelah menikah, harapan untuk mendapatkan suami kaya raya yang bekerja di perusahaan, kandas setelah mengetahui Clement hanya pekerja di kebun anggur. Tidak terima dengan kenyataan, kejadian-kejadian seru pun dimasukkan hingga membuat Itje berhasil pergi ke Paris.
Hadirnya Tanta Ginting menjadi warna sendiri ditengah ketegangan suami istri tersebut yang membuat mood film agak berat. Tanta sebenarnya tidak berbuat hal yang konyol, tapi ekspresinya dan ketidaktahuannya yang membuat saya menyukai perannya di sini.
Oh ya, jangan lupakan juga para pemain senior yang turut memberi warna juga pada film ini, termasuk Borisbokir yang akhirnya membuat para pemain StandUp semakin laku di pasaran film tanah air. Adalah Joe Project dan Lydia Kandau yang menjadi orang tua Itje yang selalu berantem soal anak mereka.
Banyak kata-kata motivasi
Film ini paling sering mengeluarkan kalimat-kalimat yang memberi motivasi atau inspirasi. Entahlah, saya melihatnya demikian. Termasuk yang menonjok di bawah ini
...
Pada akhirnya cerita ditutup dengan sebuah konflik dan berakhir bahagia. Kedewasaan orang-orang yang berperan setidaknya memberi sisi positif dalam hubungan rumah tangga.
Soal sisi religius dari judul yang diambil, lebih banyak mengambil sisi bagaimana seorang suami menjadi imam bagi istrinya sedang berusaha melakukan yang terbaik meski belum baik. Sayang, kelanjutan sisi tersebut tidak dilanjutkan dan lebih banyak soal konflik.
Untuk sebuah hiburan, film ini layak ditonton untuk menemani film sebelumnya yang masih bertahan yakni Comic 8. Sayangnya film yang sama-sama tayang, Romansa, harus turun dari hari ini. Bioskop Semarang sedang kedatangan film Hollywood.
Apakah bisa bertahan satu pekan?
Gambar : Google
Artikel terkait :
...
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik
DI SINI untuk detail lebih lengkap
Comments
Post a Comment