Favorit

Agenda Kota Semarang Bulan Agustus 2025

Image
Bulan Agustus tiba, dan Indonesia tercinta merayakan ulang tahun ke-80! Semarak peringatan 17 Agustus akan memenuhi Kota Semarang dengan berbagai kegiatan dan perayaan. Yuk, kita sambut kemerdekaan dengan penuh semangat dan cari tahu agenda seru apa saja yang bisa kamu ikuti di kota ini. Sudut-sudut kampung di Semarang sudah berhias atribut kemerdekaan. Bendera merah putih dan dekorasi warna-warni memenuhi jalanan, sementara lampu penerang jalan tampil menawan dengan bentuk-bentuk unik yang mencuri perhatian. Suasana kemerdekaan benar-benar terasa di setiap penjuru kota! Sambil menunggu daftar agenda lengkap yang kami kumpulkan di halaman ini, kamu bisa intip agenda rutin yang sudah kami siapkan. Siapa tahu ada acara yang bikin kamu ingin ikut meramaikan! Agenda Semarang Pernah dengar istilah Rojali dan Rohana ? Ini bukan nama orang, melainkan akronim kreatif yang bikin kami tersenyum. Rojali alias Rombongan Jarang Beli , dan Rohana  alias Rombongan Hanya Nanya . Istilah ini seri...

Festival Bubak Semarang: Menyingkap Kembali Kisah Kampung Lama di Tengah Kota

Kampung Sekayu, yang belakangan jarang kami singgahi, mendadak ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di Instagram. Akhir Mei lalu, ada sebuah kegiatan bertajuk Pameran Ruang Publik yang digelar di sana. Seberapa menarik sih acara ini?

Nama Festival Bubak Semarang sebenarnya sudah tak asing lagi. Festival ini sudah beredar sejak awal 2025, bahkan sempat digelar di Menara Syahbandar Semarang pada Januari lalu. 

Sayangnya, kami baru tahu setelah acaranya selesai, padahal beberapa posting di blog kami ada mengambil dokumentasi di area Kampung Sleko (lokasi Menara Syahbandar). Memang belum beruntung, ya.

Memahami Makna di Balik "Bubak"

Karena penasaran dengan jalannya acara, kami pun langsung menyambangi akun Instagram resmi mereka di @festivalbubaksemarang. Di sana, dijelaskan bahwa Festival Bubak Semarang terinspirasi dari kata "Bubak" yang dalam bahasa Jawa berarti "bukak" atau "membuka".

Dari makna tersebut, Gambang Semarang Art Company, sebagai penyelenggara, menjadikan "Bubak" sebagai inspirasi untuk menciptakan sebuah peristiwa budaya. 

Tujuannya adalah mempertemukan tradisi 'bubak' dalam masyarakat Jawa dengan kehidupan masa kini, lalu mengimplementasikannya kembali dengan melibatkan warga dan komunitas pada ruang-ruang publik di Kampung Lama.

Konsep festival ini diarahkan pada unsur-unsur yang turut berperan dalam 'membuka' keberadaan Kampung Lama di Semarang, seperti tokoh leluhur, keberadaan artefak, dokumen sejarah, tradisi lisan, dan sebagainya.

Ketika Rencana Terhalang Hujan

Usai dari Kampung Sleko, Festival Bubak Semarang melanjutkan aktivitas berikutnya di Kampung Sekayu. Keduanya merupakan perkampungan dengan nilai sejarah tinggi di Kota Semarang.

Kampung Sekayu sendiri dikenal dengan ikon utamanya, Masjid Sekayu, yang merupakan salah satu masjid tertua selain Masjid Layur. Dengan sejarah panjangnya, Kampung Sekayu dianggap perkampungan kuno yang masih bertahan hingga sekarang, apalagi letaknya strategis di tengah kota, dekat Mal Paragon Semarang.

Kami sendiri sempat bimbang apakah akan datang atau tidak setelah melihat jadwal acara dari tanggal 30 Mei hingga 1 Juni 2025. Setelah memastikan ingin hadir pada tanggal 31 Mei karena ada acara utama yang digelar Sabtu malam, kami sudah bersiap-siap.

Namun, seketika hujan lebat turun di sekitar tempat tinggal kami, benar-benar meruntuhkan semangat untuk pergi. Bersepeda di tengah hujan terasa sangat merepotkan, apalagi tanpa ada undangan peliputan resmi. Akhirnya, niat kami pun gagal total.

Suasana Hari Terakhir: Sebuah Kisah yang Tak Terduga

Meski tidak bisa mendapatkan momen utama atau "berita panas" dari gelaran acara, kami akhirnya mendatangi Kampung Sekayu pada hari terakhir, yaitu 1 Juni.

Saat tiba di lokasi, suasana pagi yang masih sepi mendadak terasa hidup dan penuh harapan. Itu karena seorang bapak tua yang kami temui langsung antusias bercerita tentang kemeriahan acara semalamnya. 

Kampung Sekayu terasa hidup, bahkan di tengah gerimis yang sesekali datang. "Ini kali pertama rasanya ada kegiatan seperti ini," ujar si Bapak dengan mata berbinar. Pujian dan kekagumannya terhadap acara itu menular pada kami yang masih berkeliling melihat-lihat suasana.

Tidak terasa, lebih dari satu jam kami berada di Kampung Sekayu. Suasana yang disajikan sungguh mengesankan dan penuh warna-warni, dari jejak sejarah hingga program-program menarik yang disuguhkan.

Satu hal yang paling menarik perhatian adalah kehadiran Dana Indonesiana sebagai sponsor utama. Nama ini memang "menyilaukan mata," mengingat dana tersebut juga digunakan dalam acara-acara besar yang diadakan di Kota Lama.

Melihat kesuksesan di Kampung Sekayu dan jejaknya di Kampung Sleko, kami jadi bertanya-tanya, kira-kira kampung lama mana lagi yang akan "dibukakan" kisahnya oleh penyelenggara berikutnya?

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menggunakan Kuota Pelanggan Baru XL yang Tidak Bisa Digunakan?

AMOLI, Laptop Buatan Mana?

Nyess Bikin Semarang Makin Nyesss Lewat Mini Soccer!

Parkir di The Park Mall Hanya Melayani Pembayaran Non Tunai

Kucingan Semarang Go Digital: Nasi Kucing Kini Dibayar Pakai QRIS