Favorit

Agenda Kota Semarang Bulan November 2025

Image
Salah satu acara menarik yang sukses mencuri perhatian kami di Kota Semarang pada bulan November ini adalah Padel masuk mal . Sebuah konsep yang terbilang unik dan anti-mainstream . Siapa sangka, olahraga yang sedang naik daun ini bisa dimainkan di tengah pusat perbelanjaan? Kami pun dibuat penasaran, seperti apa rancangan lapangan dan event yang disajikan nanti? Musim Hujan, Banjir, dan Tantangan Event Outdoor di Semarang November telah tiba, meninggalkan Oktober yang penuh dinamika. Khususnya, isu banjir yang kembali jadi perbincangan hangat. Entah mengapa, kali ini suaranya terasa lebih kencang, seolah menjadi jawaban atas keluh kesah para pengguna media sosial yang kerap mengeluhkan teriknya matahari Semarang. Jika berkaca pada kalender cuaca, Ibu Kota Jawa Tengah memang telah resmi memasuki musim penghujan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para penyelenggara event , terutama yang masih mengandalkan ruang terbuka ( outdoor ). Tantangan ini juga berlaku bagi Anda,...

Festival Bubak Semarang: Menyingkap Kembali Kisah Kampung Lama di Tengah Kota

Kampung Sekayu, yang belakangan jarang kami singgahi, mendadak ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di Instagram. Akhir Mei lalu, ada sebuah kegiatan bertajuk Pameran Ruang Publik yang digelar di sana. Seberapa menarik sih acara ini?

Nama Festival Bubak Semarang sebenarnya sudah tak asing lagi. Festival ini sudah beredar sejak awal 2025, bahkan sempat digelar di Menara Syahbandar Semarang pada Januari lalu. 

Sayangnya, kami baru tahu setelah acaranya selesai, padahal beberapa posting di blog kami ada mengambil dokumentasi di area Kampung Sleko (lokasi Menara Syahbandar). Memang belum beruntung, ya.

Memahami Makna di Balik "Bubak"

Karena penasaran dengan jalannya acara, kami pun langsung menyambangi akun Instagram resmi mereka di @festivalbubaksemarang. Di sana, dijelaskan bahwa Festival Bubak Semarang terinspirasi dari kata "Bubak" yang dalam bahasa Jawa berarti "bukak" atau "membuka".

Dari makna tersebut, Gambang Semarang Art Company, sebagai penyelenggara, menjadikan "Bubak" sebagai inspirasi untuk menciptakan sebuah peristiwa budaya. 

Tujuannya adalah mempertemukan tradisi 'bubak' dalam masyarakat Jawa dengan kehidupan masa kini, lalu mengimplementasikannya kembali dengan melibatkan warga dan komunitas pada ruang-ruang publik di Kampung Lama.

Konsep festival ini diarahkan pada unsur-unsur yang turut berperan dalam 'membuka' keberadaan Kampung Lama di Semarang, seperti tokoh leluhur, keberadaan artefak, dokumen sejarah, tradisi lisan, dan sebagainya.

Ketika Rencana Terhalang Hujan

Usai dari Kampung Sleko, Festival Bubak Semarang melanjutkan aktivitas berikutnya di Kampung Sekayu. Keduanya merupakan perkampungan dengan nilai sejarah tinggi di Kota Semarang.

Kampung Sekayu sendiri dikenal dengan ikon utamanya, Masjid Sekayu, yang merupakan salah satu masjid tertua selain Masjid Layur. Dengan sejarah panjangnya, Kampung Sekayu dianggap perkampungan kuno yang masih bertahan hingga sekarang, apalagi letaknya strategis di tengah kota, dekat Mal Paragon Semarang.

Kami sendiri sempat bimbang apakah akan datang atau tidak setelah melihat jadwal acara dari tanggal 30 Mei hingga 1 Juni 2025. Setelah memastikan ingin hadir pada tanggal 31 Mei karena ada acara utama yang digelar Sabtu malam, kami sudah bersiap-siap.

Namun, seketika hujan lebat turun di sekitar tempat tinggal kami, benar-benar meruntuhkan semangat untuk pergi. Bersepeda di tengah hujan terasa sangat merepotkan, apalagi tanpa ada undangan peliputan resmi. Akhirnya, niat kami pun gagal total.

Suasana Hari Terakhir: Sebuah Kisah yang Tak Terduga

Meski tidak bisa mendapatkan momen utama atau "berita panas" dari gelaran acara, kami akhirnya mendatangi Kampung Sekayu pada hari terakhir, yaitu 1 Juni.

Saat tiba di lokasi, suasana pagi yang masih sepi mendadak terasa hidup dan penuh harapan. Itu karena seorang bapak tua yang kami temui langsung antusias bercerita tentang kemeriahan acara semalamnya. 

Kampung Sekayu terasa hidup, bahkan di tengah gerimis yang sesekali datang. "Ini kali pertama rasanya ada kegiatan seperti ini," ujar si Bapak dengan mata berbinar. Pujian dan kekagumannya terhadap acara itu menular pada kami yang masih berkeliling melihat-lihat suasana.

Tidak terasa, lebih dari satu jam kami berada di Kampung Sekayu. Suasana yang disajikan sungguh mengesankan dan penuh warna-warni, dari jejak sejarah hingga program-program menarik yang disuguhkan.

Satu hal yang paling menarik perhatian adalah kehadiran Dana Indonesiana sebagai sponsor utama. Nama ini memang "menyilaukan mata," mengingat dana tersebut juga digunakan dalam acara-acara besar yang diadakan di Kota Lama.

Melihat kesuksesan di Kampung Sekayu dan jejaknya di Kampung Sleko, kami jadi bertanya-tanya, kira-kira kampung lama mana lagi yang akan "dibukakan" kisahnya oleh penyelenggara berikutnya?

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Install AstraPay di GIIAS Semarang 2025, Eh Kena PHP

Agenda Kota Semarang Bulan November 2025

AMOLI, Laptop Buatan Mana?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?

Semarang Kebanjiran Lagi: Dari Trending di X ke Narasi Visual yang Imersif di Threads