Agenda Kota Semarang Bulan Agustus 2025

Bulan Mei 2025 di Semarang masih penuh warna, dan kali ini Kota Lama jadi pusat perhatian berkat Karnaval Paskah 2025. Ribuan orang memadati pinggir Jalan Pemuda, excited nunggu arak-arakan yang penuh makna ini.
Buat kami, ini pertama kalinya melihat langsung kemeriahan yang katanya melibatkan ribuan peserta dari berbagai komunitas—panitia menargetkan sampai 10.000 orang.
Karnaval ini udah masuk gelaran ke-4, setelah sebelumnya digelar pada 2016, 2018, dan sempat terhenti karena pandemi Covid-19 plus masa Pemilu.
Info acara ini kami dapat dadakan, seminggu sebelumnya, dari obrolan sama temen futsal soal penutupan jalan. Khas Semarang, kabar seru kadang datang dari mulut ke mulut!
Berburu Momen dengan Sepeda
Kami putuskan berangkat ke titik start di Kota Lama dengan sepeda—di bawah matahari Semarang yang nggak main-main panasnya. Sesampainya di Gereja Blenduk, suasana udah ramai.
Jalanan macet parah karena pengalihan arus oleh Dinas Perhubungan, tapi naik sepeda bikin kami sedikit “jagoan”—nyempil di sela keramaian, meski harus hati-hati.
Kota Lama sebagai titik awal emang pas banget. Selain ikonik dengan bangunan bersejarah, lokasinya gampang diakses dan bikin acara ini terasa seperti perayaan budaya sejati.
Tapi, ini bukan seperti Semarang Night Carnival dengan kostum glamor atau Dugderan yang kental tradisi Jawa. Karnaval Paskah punya vibe sendiri: sakral, inklusif, dan penuh semangat komunitas.
Pawai yang Mencuri Hati
Acara dibuka dengan drama teatrikal penyaliban Yesus Kristus di depan Balai Kota pukul 14.45 WIB, yang bikin suasana langsung khidmat. Pukul 15.30 WIB, pawai resmi bergerak dari Gereja Blenduk menuju Balai Kota, lewat Jembatan Berok, titik nol kilometer, dan Jalan Pemuda. Kami cuma bertahan di titik awal—ngos-ngosan ikut rute full bukan pilihan!
Pesertanya bikin takjub: ada pelajar dari berbagai sekolah, marching band SMP Dominico Savio yang bikin suasana hidup, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), sampai komunitas lintas agama dan disabilitas.
Mobil-mobil hias bertema Paskah jadi sorotan, tapi sayang, pasukan berkuda yang katanya ikut nggak kelihatan. Apa kuda-kudanya lagi libur?
Yang bikin seru, ada telur Paskah dibagikan rombongan—kami kebagian satu! Juga ada aksi sosial kayak potong rambut dan pijat gratis, bikin acara ini nggak cuma sakral tapi juga hangat.
Sendratari “Kebangkitan Kristus Membawa Harapan Bagi Semua” jadi penutup manis, dengan koreografi yang penuh makna.
Semarang yang Harmonis
Karnaval ini digelar Panitia Paskah Bersama Kota Semarang, yang menggandeng gereja, komunitas Kristen, dan kelompok lintas agama. Dukungan Pemkot Semarang, dengan kehadiran Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti dan pengaturan lalu lintas oleh Dinas Perhubungan, bikin acara ini makin meriah. Jalan Pemuda ditutup dari pukul 13.00 sampai 18.00 WIB demi kelancaran.
Lebih dari perayaan Paskah, acara ini nunjukin Semarang yang toleran. Keterlibatan komunitas lintas agama dan disabilitas bikin hati hangat—kota ini emang punya tempat buat semua orang. Plus, rute pawai yang lewat landmark Kota Lama bikin acara ini potensial banget jadi magnet wisata budaya.
Kesan Kami
Pulang dari acara, kami bawa senyum lebar. Karnaval Paskah 2025 bukan cuma soal pawai, tapi tentang Semarang yang hidup dan penuh warna. Buat kamu yang kelewatan, semoga tahun depan bisa ikutan!
Ceritain dong pengalamanmu di kolom komentar, atau mampir ke Kota Lama buat nikmati pesonanya. Penasaran sama cerita di balik layar atau tips eksplor Kota Lama? Cek versi premium kami di sini!
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment