Agenda Semarang Bulan Februari 2025

Tulisan ini terinspirasi dari laman idntimes.com yang dipublish bulan Januari 2025. Kami sebagai pengguna dan pemilik Chromebook menyadari kekurangan ini. Beberapa alasan berikut ini mungkin jadi masalahnya.
Sulit untuk mengatakan bahwa Chromebook itu lebih baik atau cocok dengan pengguna lainnya. Apalagi kebutuhan tiap orang berbeda-beda.
Untuk tipe pengguna seperti kami yang sebagian besar aktivitasnya di Google Chrome memang terasa nyaman. Berselancar, menulis, edit foto hingga menonton. Hal-hal sederhana yang memang mudah dilakukan semua perangkat.
3 alasan
Artikel yang ditulis Hilman Azis mengemukakan 3 hal tentang alasan Chromebook masih kurang diminati di Indonesia. Ada 3 inti yang dipaparkan sebagai berikut :
Mari kita bedah sedikit tentang ke-3 alasan tersebut. Yang pertama soal koneksi internet, ya itu benar. Sebagai pengguna yang memiliki pekerjaan dari jalur internet, koneksi memang sangat penting.
Fokus kami memang di sana. Namun untuk menulis, kami tidak memerlukan koneksi internet karena ada aplikasi yang dapat digunakan tanpa terhubung internet.
Penggunaan koneksi internet juga tidak harus memiliki kecepatan tinggi. Selama ini kami hanya menggunakan internet operator seluler yang dipaketkan dalam alat yang bernama modem. Tahu kecepatannya? Kurang dari 10 Mbps. Standar internet Indonesia sendiri adalah 30 Mbps.
Dengan kecepatan tersebut, kami bisa memutar musik. Terhubung dengan eksositem Google seperti Blogspot, YouTube, dan lain sebagainya. Jika ingin edit foto, bisa gunakan editor online. Se-simple itu malah.
Kedua, ekosistem Windows. Tidak dipungkiri bawah masyarakat Indonesia lebih mengenal Windows ketimbang Chromebook. Kami sendiri pun sejak kecil sudah menggunakan perangkat berbasis Windows.
Chromebook ini masih baru karena hadir beberapa tahun belakangan. Sehingga brandingnya kurang terekspos meski memiliki kelebihan dan keunggulan pada perangkatnya. Butuh waktu, dan kami sedang mendorong hal itu.
Jika nama Chromebook saja masih kurang familiar, bagaimana dengan nama Chrome OS. Bagi sebagian pengguna yang familiar dengan Linux, Chrome OS malah familiar karena pengembangannya dari sana.
Lewat halaman ini kami sedang berusaha mempopulerkannya. Entah apakah itu butuh waktu lama atau sebentar. Setidaknya, ketika kamu membeli laptop dengan harga terjangkau, Chromebook bisa jadi alternatif untuk ditawarkan.
Ketiga, Chromebook masih terbatas untuk pekerjaan berat. Ini yang jadi persoalan ketika kebutuhan penggunanya harus bekerja dengan aplikasi yang berat meski perangkatnya memenuhi spesifikasi.
Sebut saja aplikasi editing semacam Corel, Adobe, animasi dan lainnya. Memang bisa diatasi dengan aplikasi yang ada di Play Store, namun mereka yang baru beralih dari Windows ke Chromebook harus bekerja extra agar bisa beradaptasi.
Namun berbeda jika penggunanya adalah kalangan pelajar yang sekedar ingin belajar. Chromebook malah jadi rekomendasi karena kemudahannya saat digunakan. Ditambah, Chromebook bekerja layaknya Android yang ada di Smartphone.
Alasan ke-4, kurangnya promosi Chromebook. Alasan ini memang tidak ada dalam daftar yang kami rangkum di atas, namun masih bagian dari laman idntimes.com.
Berkaca ke belakang, terutama ASUS yang kami jadikan kiblat. Laptop-laptop yang dipromosikan ASUS kebanyakan adalah Windows. Saat dikenalkan saat masuk ke Indonesia, ASUS mempromosikan produknya dengan sangat besar.
Mulai mengundang bloger, influencer hingga media-media nasional. Termasuk acara khusus yang disiarkan di televisi. ASUS mampu meraih predikat sebagai perusahaan laptop nomor 1 di Indonesia.
Tapi, itu tidak ada Chromebook dalam promosinya. Meski ada pun masih sangat-sangat minim. Ini juga termasuk perusahaan lain yang tahu-tahu sudah mengeluarkan produk berbasis Chromebook juga tanpa pernah promosi. Ya, promosi sih tapi untuk sekelas perusahaan besar, itu terlihat kecil.
Kelima, alasan terakhir. Ketersediaan Chromebook terbatas di Indonesia. Mau gimana lagi, keterbatasan perangkat Chromebook yang masuk ke Indonesia secara resmi memang terbatas. Alasannya sederhana, kurangnya permintaan.
Dikatakan dalam lamannya oleh penulis, penyedia laptop lokal seperti Axioo dan Advan bahkan lebih menjual laptop Windows dengan harga terjangkau ketimbang Chromebook.
📝 Artikel aslinya bisa dibuka di sini.
...
Saat kami menikmati menggunakan perangkat Chromebook, tentu tulisan ini seperti bagian promosi untuk Chromebook. Kami harap demikian dan dapat membantu perangkat ini lebih populer.
Ada banyak faktor yang membuat Chromebook kurang populer di Indonesia seperti perbedaan kebutuhan para pengguna, keterbatasan ekosistem, dan faktor pemasaran yang kurang agresif.
Semoga seiring waktu, ini dapat berubah. Kami harap demikian.
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment