Review Film Barakati


Sejatinya film ini sudah tayang tahun 2014, namun baru tanggal 10 November 2016, film Barakati secara resmi dirilis di bioskop Indonesia. Seperti apa filmnya?

Pekan ini, saya kembali bertemu dengan Fedi Nuril dan Acha Septriasa. Keduanya masih bermain di film Shy Shy Cat yang sepekan sebelumnya baru dirilis. Saya kira mereka memang sangat sibuk dengan jadwal syuting hingga harus ada 2 film yang tayang sebulan ini. 

Ternyata tidak, film Barakati yang disutradarai oleh Monty Tiwa, sutradara film Shy shy Cat juga, harus menunggu 2 tahun filmnya dirilis. Dalam penayangannya, film Barakati berdurasi 107 menit dengan kategori usia penonton yakni 13+ atau remaja.

Explore Buton

Film Barakati bercerita tentang pencarian sebuah misteri yang mengangkat tema kerajaan Majapahit. Apakah benar, Gajah Mada pernah tinggal di Buton, pulau yang berada di Sulawesi Tenggara.

Misteri inilah yang mencoba mengajak para penonton untuk tertarik menonton. Fedi Nuril yang berperan sebagai Abdul Manan adalah seorang arkeolog yang dikolaborasikan dengan Jono Armstrong yang berperan sebagai wartawan asing, dan karena dialah, Manan akhirnya pergi bersama mencari kebenaran.

Selama perjalanan yang dibumbui drama tentang anak dan ibu, hadir Acha Septriasa yang berperan sebagai Wa Ambe yang akan menjadi tur guide untuk menemukan misteri.


Film yang mengambil lokasi Yogyakarta ini akhirnya berpindah ke Buton sebagai lokasi utama. Yang belum pernah ke Buton tentu film ini bisa jadi semacam promosi wisata yang sangat menarik. Atau istilahnya mengexplore semua sisi yang ada.

Begitu saya menangkapnya, karena apa? Penonton bisa melihat berbagai keindahan mulai dari budaya, bahasa, masyarakat, laut, alam dan sebagainya. Sangat menarik.

Kangen film Kolosal

Alasan utama saya yang baru ngeh film ini sudah lama dibuat adalah dimasukkannya cerita kolosal yang bertema kerajaan Majapahit dengan nama-nama yang terkenal saat itu, salah satunya Patih Gajah Mada.

Untuk memaksimalkan dan biar tidak mirip dengan film yang ada di televisi, kemasan kolosalnya dibuat menarik. Fitur slow motion paling banyak digunakan dengan beberapa adegan membunuh secara sadis. Maksudnya itu nusuk lawannya keliatan banget goresan dan darahnya.

Gajah mada sendiri diperankan oleh om Tio Pakusadewo, aktor senior yang sangat cocok sekali dengan perannya di film ini. Gajah Mada diapit oleh pasukan yang mirip seperti tokoh Mortal Kombat, sangat berbeda dengan kemasan film televisi.

Namun sayangnya, film bertema kolosal ini hanya sebagai pemanis untuk membuka cerita sebenarnya yang ada di era modern. Di mana sosok Dwi Sasono turut hadir dan menjadi semacam penjahat berdarah dingin, tidak ragu melukai lawannya. Tapi tetap dengan gaya khasnya.

...

Dari segi cerita dan para pemain yang membintangi sebenarnya film ini sangat sangat menarik, namun lagi-lagi selera pasar tidak dapat diprediksi. Khususnya Semarang, kota di mana saya tinggal.

Film ini di awal perdana tayang di bioskop Semarang, jam pertama, hanya mendapat 3 penonton. Itu sudah termasuk kofindo sendiri. Hingga tulisan ini dibuat, jadwal tayang di bioskop untuk Semarang sudah mengalami penurunan pesat. Kofindo berharap film ini bisa bertahan hingga rabu besok.

Buat yang ingin ke Buton, film ini sangat rekomendasi untuk ditonton. Banyak hal yang bisa dilakuin di sana. Termasuk beriwisata.

Rating : 7

Artikel terkait :
... 

Informasi Kerjasama

Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Parkir di DP Mall Kini Hanya Melayani Pembayaran Non Tunai

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?