Agenda Kota Semarang Bulan Juli 2025

Bayangin, kamu udah niat banget dateng ke Jateng Fair 2025 di PRPP Semarang, tapi cuma mentok di gerbang. Itu yang kami alami Sabtu, 5 Juli 2025 kemarin. Bukan karena apa, tapi badan capek abis main mini soccer di lapangan POJ, dan waktu ternyata nggak pas—jam 10 pagi, PRPP masih sepi! Jadinya, kami pulang sambil nyesel, “Duh, apa iya Jateng Fair tahun ini sepi beneran kayak kata netizen?
”Soalnya, di media sosial, suara kegelisahan netizen soal Jateng Fair 2025 lagi ramai. Ada yang bilang acara ini “sepi,” “vibes pasar malam,” bahkan “cuma jual sosis bakar doang.” Tapi, benarkah begitu? Data bilang lain: 99.000 pengunjung dalam 10 hari (27 Juni–6 Juli 2025) dan transaksi Rp4,5 miliar! Kok bisa beda jauh sama persepsi netizen? Yuk, kita kulik apa sih yang bikin Jateng Fair Festival 2025 ini jadi perbincangan.
“Festival” di Jateng Fair, Apa Sih Artinya?
Tahun ini, Jateng Fair nambah embel-embel “Festival” jadi Jateng Fair Festival 2025. Apa bedanya? Kata “Festival” ini kayak janji penyelenggara buat bikin acara lebih meriah, nggak cuma pameran pembangunan ala dulu.
Gambar ke-2 dan seterusnya di bawah ini kami pinjam dari Instagram @anugrahaputrip |
Dan beneran, hiburan musik jadi bintang utama. Bayangin, ada 20 musisi top macam Aftershine, Geisha, Jamrud, Tony Q Rastafara, sampai Endank Soekamti, plus 20 band pembuka, manggung di panggung megah Suka Ria Merapi.
Tiap hari punya tema, kayak “Reggae Day,” “Rock Day,” sampe “Pop Day.” Buat pecinta musik, ini sih udah bikin ngiler!
Tapi, “Festival” nggak cuma soal musik. Ada 60 wahana permainan—dari jetcoaster, bianglala, sampai rumah hantu yang bikin anak-anak dan ABG heboh. Belum lagi aktivitas lain, kayak cosplay, workshop startup, sampe pameran buku di Kiky Stationary. Jadi, ini pesta rakyat buat semua umur, dari yang pengen joget di konser sampai yang cuma mau jajan jenang Kudus.
Etalase Budaya dan Ekonomi Jateng
Jateng Fair 2025 nggak cuma soal hiburan. Dengan tema “The New Innovation”, acara ini pengen nunjukin bahwa Jawa Tengah punya banyak potensi. Ada 201 stan yang nampilin macam-macam: 23 stan SKPD, 15 kabupaten/kota, 11 BUMD, 2 BUMN, 30 swasta, 14 UMKM, 75 kuliner, sampe 12 brand otomotif.
Produk lokal kayak batik Kendal, kerupuk rambak, kopi, dan kombucha jadi bintang di stan UMKM. Ada juga layanan publik, seperti bikin KTP, tes kesehatan, bahkan pijat gratis dari penyandang disabilitas—keren, kan?
Ini semua bikin Jateng Fair jadi “etalase budaya dan ekonomi Jateng,” seperti kata salah satu netizen di Instagram. Apalagi, tiket masuk gratis (cuma bayar parkir) bikin acara ini ramah buat keluarga.
Hasilnya? 99.000 pengunjung datang, naik 300% dari 2024, dan transaksi sampai Rp4,5 miliar. Gubernur Ahmad Luthfi yang hadir di pembukaan bilang, ini bukti PRPP bisa balik ke masa kejayaannya.
Netizen: “Vibes Pasar Malam, Sosis Bakar Doang!”
Tapi, meski angka-angka bilang sukses, kenapa netizen di medsos kayak Instagram dan Facebook masih nyanyi lagu kecewa? Akun @semarangskyject, misalnya, nge-post reel cek di sini yang bilang Jateng Fair “uzur” dan “kurang megah dibandingkan Jakarta Fair.” Komentar di IG-nya juga nggak kalah vokal:
Kritik ini nggak asal ngomong. Banyak yang merasa stan pemerintahan (23 SKPD, 15 kab/kota) bikin acara kurang “hype” buat anak muda. Kuliner yang didominasi makanan generik kayak sosis bakar juga bikin netizen ngeluh, padahal ada jenang Kudus dan kopi lokal.
Venue PRPP sendiri dianggap nggak terawat, jauh dari kejayaan 90-an yang megah. Sekda Jateng Sumarno bahkan bilang promosi perlu digenjot biar menarik lebih banyak orang di luar Semarang.
Gap Ekspektasi: Festival Modern atau Nostalgia Lokal?
Jadi, apa sih yang bikin gap antara data sukses dan omongan netizen? Kayaknya soal ekspektasi. Gen Z di Instagram pengen festival kekinian dengan booth instagrammable, brand besar, atau tenant ala Jakarta Fair.
Sementara Jateng Fair lebih fokus ke budaya lokal, UMKM, dan layanan publik—yang mungkin kurang “kece” di IG Stories. Cuaca hujan di malam pembukaan dan durasi cuma 10 hari (dibandingkan 17 hari di 2024) juga bikin kesan “sepi” di beberapa waktu.
Tapi, jangan salah, banyak juga yang happy. Pengunjung kayak Rahman bilang, “Gratis masuk, wahana banyak, worth it!” Sementara Yayah excited ketemu Gubernur Luthfi dan ngerasa nostalgik. Postingan @jatengfair2025 di IG juga nunjukin keramaian konser dan stan kuliner. Jadi, sepi atau nggak, tergantung perspektif!
Bikin Jateng Fair Makin Greget di 2026
Jateng Fair Festival 2025 udah buktiin diri dengan 99.000 pengunjung dan Rp4,5 miliar transaksi, tapi suara netizen kayak @semarangskyject jadi pengingat: acara ini bisa lebih dari sekadar “vibes pasar malam.” Mereka bilang Jateng Fair bisa jadi “etalase budaya dan ekonomi Jateng” kalau dikelola serius. Kami setuju!
Bayangin kalau PRPP direnovasi biar nggak dikira “kumuh,” promosi digenjot bareng influencer Semarang, atau ada booth instagrammable buat Gen Z. Bisa-bisa Jateng Fair 2026 nandingin Jakarta Fair!
Buat kamu yang udah mampir ke Jateng Fair 2025, ceritain dong pengalamanmu! Seru kayak kata Rahman, nostalgik kayak Yayah, atau malah setuju sama netizen yang bilang “sosis bakar doang”?
Spill di kolom komentar! Oh ya, jangan lupa cek #JatengFair2025 di IG atau follow @prppjateng biar nggak ketinggalan update event seru lainnya, kayak Grand Maerakaca Lighting Show Agustus nanti. Semarang, ayo bikin PRPP balik ke masa kejayaan!
Artikel terkait :
Comments
Post a Comment