Menginap di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim

Perjalanan jauh kami akhirnya tiba juga di salah satu hotel Jakarta. Perasaan ini rasanya sudah lama tidak kami rasakan. Hotel Aloft, begitu nyebutnya. Ini pengalaman pertama kalinya kami menginap di hotel berbintang 4 ini. Seperti apa suasana kamarnya?

Bulan September, cuaca begitu bersahabat menyertai perjalanan kami kali ini. ASUS Indonesia kembali mengundang para member blogger-nya yang sudah 2 tahun tidak bertemu karena pandemi Covid-19.

Gerbang metal detector

Seperti biasa tiap menginap di hotel Jakarta, tamu harus melewati gerbang metal detector. Sesuatu yang jarang kami temui di Kota Semarang. Ada sih, tapi bisa dihitung dengan jari.

Sebenarnya tidak masalah, tapi bawaan kami yang terlalu berat yang kemudian membuat ribet. Belum lagi jika keluar masuk hotel dan di sana dijaga security. Ya, harus masuk lagi ke pemeriksaan metal detector.

Konsep milenial banget

Masuk ke lobi, pandangan mata tidak langsung menuju ke meja resepsionis seperti biasanya. Arah depan, ada sofa empuk yang didesain menarik. Arah kiri, baru deh terlihat meja resepsionis. Tapi ada yang aneh. Mejanya berada di tengah seperti bola-bola.

Belum lagi sebelah resepsionisnya, ada tempat nongkrong yang asyik dengan berbagai macam jajanan. Kalau mau, jangan lupa dibayar ya. Karna itu tidak gratis.

Kamar dengan meja yang mengarah ke luar

Karena menginap di sini bukan dalam rangka liburan atau staycation, kamar yang diberikan bukanlah dengan kasur satu orang. Melainkan dua kasur. Sangat luas untuk kamar tipe ini menurut kami.

Saat membuka pintu, jendela yang luas di sana sudah dikonsep dengan meja dan kursi. Itu artinya tempat kerja kami kali ini punya gairah agar lebih semangat nanti untuk membuat konten.

Dua tempat tidur yang bersebelahan juga sangat besar. Ini kalau digabung bakalan cukup buat 4 orang. 

Kami menginap di sini selama 2 malam. Bakal berantakan pastinya. Untung teman kamar kami adalah orang yang sudah sangat kenal. Bakal banyak belajar kepada beliau tentunya.

Oh ya, mereka juga punya setrika pakaian. Sesuatu yang sangat dibutuhkan apabila ingin menghadiri acara. Sayangnya kami tidak menggunakannya selama di sana.

Tempat makan

Datang hari pertama, kami semua (semua blogger) makan malam di sekitar lobi. Ada ruangan tersendiri di sana yang tengahnya ada meja bilyarnya. Wah, mancing untuk main nih meski pada akhirnya hingga pulang belum bisa main juga di sana.

Apakah ini tempat makannya? Nanti sarapan di sini esoknya? Ternyata hanya untuk makan malam kami saja. Di sini ada bar juga dan selama makan malam kami dihibur dengan musik tunggal.

Sedangkan sarapan, ruangannya hanya terlihat memanjang. Bila tempat duduk kurang, ada banyak spot yang bisa digunakan. Bisa di luar ruangan, hingga dekat dengan pintu lift. Lebih dari cukup sebenarnya untuk kami semua yang sarapan pagi di sini.

Kami menyukai es krim yang jadi menu terakhir diantara menu-menu yang dihidangkan. Harapannya ingin seperti di Hotel Pullman sih, tapi harus melihat kondisi juga. Cukup bervariasi dan banyak juga menu yang dihidangkan.

...

Lokasinya yang strategis, bahkan dekat dengan gedung Sarinah, membuat ASUS memilih Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim untuk tempat menginap kami kali ini.

Pemandangan Jakarta, terutama ikonnya di sana bisa terlihat. Ya, itu Monas. Sudah lama sekali kami tidak ke sana. Dulu, awal-awal dotsemarang lahir, Monas jadi saksi kami berdiri dan menapakkan kaki di jagad dunia perbloggeran. Kalau tidak salah tahun 2010 😅lamaaa.

Terima kasih, ASUS Indonesia.

Artikel terkait :

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?