Sepertinya cuaca tidak mendukung kedatangan kami di salah satu tempat pariwisata yang berada di kabupaten Semarang, Jawa tengah. Hujan mengguyur tim kami yang pada waktu itu berangkat dengan dua jenis kendaraan, mobil dan sepeda motor. Kali ini, #OTS dotsemarang menyambangi lokasi wisata yang berada di luar Semarang. Namanya Gedung Songo. Yang artinya sembilan Candi. Terletak di lereng Gunung Ungaran, Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Pasti kalian bertanya-tanya, ada apa saja dengan gedung songo? Sebelum menelusuri lokasi ini, kami harus membayar dulu tiket masuk yang berada di samping depan pintu lokasi gedung songo. Dengan harga Rp.7000 per orang, kami sepakat ngeluarain uang bareng-bareng dan menyerahkan kepada salah satu sahabat kami. Jarak Gedung Songo sendiri ditempuh dari Semarang sekitar 45 km.
Untuk kalian tahu, gedung songo ini terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin. Ditambah hujan yang mengguyur waktu itu, jaket tebal yang kami gunakan seakan tak ada gunanya. Sambil menunggu tiket yang dipesan, pandangan kami tertuju kepada masyarakat disini yang memanfaatkan hujan menjadi sebuah lahan bisnis. Mulai yang tua hingga muda, pria dan wanita, mereka bekerja menjadi tukang ojek payung.
Kami mulai menelusuri tangga-tangga kecil menuju gerbang pintu masuk yang sudah ditunggu beberapa petugas. Keramaian udah tampak disekitar lokasi. Yah, memang dikarenakan hari ini adalah hari minggu, makanya banyak pasangan muda-mudi yang sudah asyik gandengan tangan maupun keluarga yang hilir mudik. Disini ada sebuah mitos yang mengatakan bahwa jangan pernah membawa pacar ke lokasi ini, katanya bisa putus. Namun, saat kami melihat sekitar malah banyak pasangan disini.
Udara sejuk pegunungan sangat tercium disini, meski masih gerimis dan jalanan agak basah, tak menyurutkan kami untuk mulai menjelajah lokasi ini. Warung-warung kecil yang berada di dalam area ini terlihat sejajar. Nampak beberapa orang sedang menyantap minuman hangat disana. Untuk menuju ke Candi Gedong I, kita harus berjalan sejauh 200 meter melalui jalan setapak yang naik.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Setidaknya, ada petugas yang berjaga disana, duduk tenang memakai topi sambil mengarahkan pengunjung menjadi alternatif untuk mengulik bagaimana sejarah dari gedung songo ini sendiri. Jadi, jangan ragu bertanya dengan petugas disana.
Jika ingin unik dan yang seru-seru, disana juga menyediakan paket wisata dengan kuda. Tarifnya sendiri mulai dari 20 ribu hingga 70 ribu. Jadi, jika malas jalan atau lelah, paket wisata kuda menjadi alternatif untuk dicoba. Apalagi yang belum pernah ngerasakan gimana serunya naik kuda.
Ada 7 candi yang akan kami telusuri. Setiap candi, kami harus melewati rintangan yang lumayan membuat napas ngos-ngosan. Jalanan setapak berbatu-batu menjadi licin untuk dilalui. Pesona keindahan alam menjadi satu dengan ketakjuban kami saat berfose di depan salah satu candi. Kami nggak bisa bayangkan bagaimana bangunan ini yang konon dibangun pada abad ke-9 Masehi, bisa berdiri hingga sekarang. Siapa yang bangun dan bagaimana mereka bisa membuat arsitektur indah ini.
Setiap candi yang kami lalui sudah ada papan petunjuk yang memberitahukan candi keberapa yang udah kita lihat. Diantara Candi Gedong III dengan Gedong IV terdapat sebuah kepunden gunung sebagai sumber air panas dengan kandungan belerang cukup tinggi. Asap yang tebal dan bau yang cukup menyengat udah tercium dari kejauhan. Ternyata itu adalah belerang.
Kami mulai berjalan menuju lokasi dimana asap tersebut berada. Makin dekat dengan lokasi tersebut, jalanan makin curam. Meski dibuat seperti anak tangga, kekhawatiran kami semakin besar. Nggak ada pegangan untuk membatasi anak tangga dengan tebing yang menjulang kebawah. Sampai sana, ternyata ada pemandian air panas. Sayang kami tidak memanfaatkan pemandian air panas tersebut.
Pemandangan dari puncak gunung Ungaran ini sangat indah. Dari puncak gunung Ungaran kita dapat melihat gunung Sumbing, gunung Sundoro di sebelah barat daya. Sedangkan di sebelah tenggara, bisa dilihat gunung Telomoyo, gunung Merbabu, dan gunung Merapi. Meski samar-samar oleh awan putih yang mengaburkan pandangan.
Akhirnya kami tiba di candi ke-5, dimana ini adalah candi terakhir. Ada dua candi lagi yang berdekatan tapi sudah rubuh rupanya. Rasa lelah, dan capai bisa tergantikan dengan tiba disini. Kami memutuskan istirahat sejenak dan menyantap makanan ringan yang kami bawa. Sebagian lagi ada yang asyik mengabadikan dirinya dalam sebuah kamera.
Bakso SOLO
Waktu ternyata sudah cukup sore yang menandakan bahwa kami harus segera kembali ke Semarang. Rasa puas dan bahagia hari ini cukup mewakili perjalanan #OTS kali ini. Setelah semuanya dirasa beres dan sebagian duduk tenang di dalam mobil, kami memutuskan pulang. Yah manusia banget, rasa lapar ternyata tak menyembunyikan keluh kesah kami rupanya.
Beberapa kilometer dari lokasi wisata, kami berhenti sejenak di warung makan Bakso SOLO ini. Sungguh sedap sambil menikmati dinginnya sore ditemani makan yang hangat-hangat. Oke sobat dotter's. Cukup sampai disini dulu yah cerita kami dari candi gedung songo. Mudahan bisa dijadikan referensi teman-teman yang mau main ke Semarang khususnya kabupaten Semarang.
Terimakasih
** Di Candi gedung songo hanya ada 7 candi. Yang bangunanannya masih berdiri hanya 5 dan sisanya udah hancur atau roboh. Tahun 1804, Raffles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Pitoe karena hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan.
Artikel terkait :
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap
Really liked what you had to say in your post, Candi Gedung Songo – dotsemarang, thanks for the good read!
ReplyDelete-- Hyo
http://www.terrazoa.com