Review Film Siti


Film Siti resmi rilis serentak di seluruh bioskop Indonesia tanggal 28 Januari 2016. Film yang telah memenangi film terbaik FFI 2015 ini juga hadir di bioskop Semarang. Sesuatu yang jarang-jarang sebenarnya ketika Cinema XXI Semarang dapat memutar film seperti ini.

Buat penggiat film, atau orang-orang film yang ada di komunitas, film SITI tentu sangat diapresiasi. Dengan budget yang sangat low, gambar yang jauh dari pakem film standar yang disukai penonton, dan sebagainya ini, membuat penonton yang belum pernah menonton menjadi penasaran.

Keluar dari pakem

Jangan berharap Anda akan menemukan bentuk hiburan layaknya film-film Indonesia berbudget mahal yang tayang di bioskop dari film Siti. Film ini benar-benar berbeda dari apa yang selama ini penonton bayangkan.

Mulai dari warna film yang mengusung hitam putih, kamera 1 arah alias tidak banyak sudut pandang, latar yang kurang terekspos secara indah, dan pemain dengan tampang good looking. Semua itu tidak akan Anda temukan di film ini. Penasarankan?

Kuat dikarakter

Film Siti punya cara berbeda untuk ditonton. Mengambil tema film kejadian sehari-hari masyarakat Indonesia, Siti juga bercerita tentang kerasnya hidup dengan profesi yang ia jalani sebagai wanita pemandu karaoke. Punya anak satu, keluarga yang terbilang sangat sederhana dan suami yang terbaring sakit.

Karakter itulah yang dibangkitkan dari film ini. Selebihnya, Anda hanya perlu fokus pada tiap bagian film. Oh ya, film yang berdurasi 80 menit lebih ini mengusung kategori penonton dewasa.

Bahasa Jawa

Setelah sisi karakter yang menjadi andalan di film ini, ada sisi lain yang juga menarik yaitu bahasa Jawa yang digunakan. Seperti film luar dengan teks Indonesia, penonton disuguhi percakapan hampir 85% menggunakan bahasa Jawa.

Untuk lebih menguatkan, latar belakang Jogja dengan pantai Parangtritis menjadi andalan film yang disutradarai oleh Eddie Cahyono. Film Siti sebenarnya sudah dirilis awal mula pada tanggal 2 Desember 2014.

Kesimpulan

Tayang perdana di bioskop Semarang, Saya seperti biasa mengambil jam pemutaran perdana. Jumlah penontonnya terbilang lumayan buat film dengan budget rendah ini. Ya, hanya 10 orang. Jumlah ini seperti sama persis film-film yang punya budget milyaran. Semarang memang menarik.

Seperti sebuah tren akhir-akhir ini bahwa promosi film Indonesia sekarang punya sederet prestasi dari luar. Ini semacam sindiran kepada penonton kita bahwa orang luar saja menghargai, masa kita nggak mau nonton film Indonesia.


Kalau dari sisi Kofindo sendiri, film ini bukanlah rekomendasi bila Anda penikmat film dengan kualitas-kualitas lebih. Punya sisi hiburan, keindahan, kamera yang punya angle banyak dan pemain dengan paras good looking.

Artikel terkait :

Informasi Pemasangan Iklan

Hubungi @dotsemarang
Email : dotsemarang [@] gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?